Lombok Timur (Inside Lombok) – Puskesmas Sakra melaksanakan kegiatan pengasapan atau fogging di Dusun Perenang, Desa Kabar, Kecamatan Sakra. Langkah ini diambil setelah ditemukan sejumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah tersebut selama sebulan terakhir.
“Kami telah menemukan empat kasus DBD di Dusun Perenang sejak Desember hingga Januari. Oleh karena itu, hari ini kami lakukan fogging untuk memberantas nyamuk dewasa,” ujar Nurul Haqiqah, Koordinator Program DBD Puskesmas Sakra, Senin (13/01/2024).
Poging ini dilakukan setelah sehari sebelumnya dilakukan sosialisasi dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumah-rumah warga yang terjangkit DBD, serta di sekitar lingkungan mereka. Kegiatan ini mencakup area 100 meter ke kiri, kanan, depan, dan belakang rumah-rumah yang terpapar.
Nurul menambahkan, meski baru ditemukan empat kasus DBD pada bulan Januari, tiga di antaranya terjadi di Dusun Perenang, yang merupakan daerah langganan kasus DBD dan sudah memasuki zona merah. “Setiap tahun, Dusun Perenang selalu menjadi wilayah dengan kasus DBD terbanyak. Semuanya adalah anak-anak, dengan usia rata-rata 2-4 tahun,” ungkapnya.
Salah satu faktor tingginya angka kasus DBD di wilayah tersebut, lanjut Nurul, adalah pola hidup sehat yang masih kurang serta tingginya mobilitas masyarakat yang sebagian besar menjadi peternak ayam, bebek, merpati, dan lainnya. Peralihan musim panas ke musim hujan juga berperan dalam peningkatan kasus DBD, karena banyaknya penampungan air yang menjadi sarang nyamuk.
“Setelah dilakukan perawatan, kondisi pasien yang terinfeksi DBD mulai membaik. Namun, satu pasien lainnya masih dirawat di rumah sakit karena kondisinya cukup parah. Informasi terakhir, pasien tersebut sudah bisa pulang hari ini,” ujar Nurul.
Selain fogging, Puskesmas Sakra juga berencana untuk terus menggencarkan penyuluhan kepada masyarakat agar tetap menjaga kebersihan di musim hujan guna mencegah berkembangnya kasus DBD dan penyakit lainnya. Kesadaran masyarakat dalam menjaga pola hidup sehat, menurutnya, menjadi kunci utama dalam pencegahan dan fogging merupakan langkah terakhir yang diambil setelah upaya pemberantasan sarang nyamuk dilakukan.
“Fogging hanya dilakukan di wilayah dengan minimal 3-4 kasus DBD dalam satu area. Biasanya, setelah poging, kasus DBD akan menurun atau bahkan tidak ditemukan lagi. Namun, kami akan memantau kondisi ini dalam 1-2 minggu ke depan. Jika ada kasus baru, kami akan kembali melakukan penyuluhan dan poging,” tandasnya.
Sementara itu, Musti Ayu, salah seorang keluarga pasien DBD menceritakan pengalaman keponakannya yang baru berusia dua tahun terinfeksi DBD. Awalnya anak tersebut hanya mengalami demam biasa, namun setelah beberapa hari tidak kunjung membaik, pasien sempat kejang-kejang karena demam tinggi. Keponakannya kemudian dibawa ke Puskesmas dan setelah pemeriksaan dinyatakan terkena DBD.
“Setelah tiga hari dirawat di Puskesmas, pasien dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut karena kondisinya cukup parah. Alhamdulillah, setelah lima hari di rumah sakit, kondisi pasien mulai membaik,” ujar Musti Ayu.
Musti mengungkapkan bahwa awalnya keluarga sempat ragu untuk membawa pasien ke Puskesmas karena masalah BPJS Kesehatan. Namun, berkat bantuan Dinas Kesehatan Lombok Timur, BPJS pasien diaktifkan kembali dan pasien bisa mendapatkan perawatan yang diperlukan.
“Di samping rumah ada got, mungkin di sana dia terkena gigitan nyamuk, apalagi sekarang musim hujan,” tutupnya. Puskesmas Sakra berharap masyarakat lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah penularan DBD dan penyakit lainnya. (den)