Lombok Utara (Inside Lombok) – Musim kemarau mulai terjadi di beberapa daerah, termasuk di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Tahun ini titik lokasi kekeringan di KLU bertambah, yakni sebanyak 55 titik di empat kecamatan yang ada. Kondisi ini menjadi atensi pemerintah daerah setempat, untuk mengupayakan penanganan daerah kekeringan dengan menyuplai air bersih.
Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) KLU, M. Zaldi Rahardian menerangkan sesuai dengan surat keputusan Bupati KLU tentang penetapan status siaga darurat bencana, BPBD menetapkan titik-titik lokasi kekeringan sesuai dengan SK kepala pelaksana BPBD dari kecamatan Bayan, Kayangan, Gangga, dan Pemenang. “Jadi dari penyebaran empat kecamatan ini ada 55 dusun. Kalau dilihat memang ada penambahan dari tahun sebelumnya, Pemenang ini nggak terlalu banyak tapi sekarang nambah,” ujarnya, Senin (29/7).
Diakui untuk wilayah Menggala Pemenang Timur pada tahun sebelumnya tidak masuk sebagai titik lokasi kekeringan. Namun tahun ini justru sehingga jumlahnya bertambah. Karenanya, sesuai dengan SK sudah dilakukan intervensi terhadap titik-titik kekeringan.
Sebelumnya sudah ada juga titik-titik kekeringan yang diintervensi sejak April, bahkan sudah menyalurkan bantuan air bersih kepada daerah kekeringan. Namun jumlahnya tidak banyak, bahkan dalam waktu satu minggu hanya satu daerah saja yang minta.
“Kalau pengalaman kita di tahun 2023 memang puncak kekeringan itu di bulan Agustus dan September. Disitulah intervensi masif yang kita lakukan dengan menyalurkan air bersih,” terangnya.
Selain itu, penyaluran air bersih untuk wilayah kekeringan ini dibantu juga dari pihak PMI, NGO dan Baznas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air ini. Sedangkan untuk armada saat ini BPBD memiliki 2 unit kemudian PMI, Dinas Sosial, Polres, dengan masing-masing memiliki 1 unit armada.
“Kemarin melakukan koordinasi dengan kami agar bisa membantu untuk armada, yang tahun sebelumnya BPBD bekerjasama dengan PDAM. Namun PDAM itu hanya fokus ke layanan PDAM saja, tidak secara keseluruhan,” tuturnya.
Lebih lanjut, dimana terjadi gangguan PDAM, baru disitulah digunakan armadanya. Seperti yang terjadi di Pemenang, kemana armada PDAM hanya digunakan di wilayah saja, karena disana ada kendala layanan. “Tidak sesuai dengan hajat untuk siaga bencana yang ditetapkan oleh bupati ini,” ucapnya.
Untuk kebutuhan permintaan akan air bersih sudah dijadwalkan, sehingga tidak hanya menumpuk di satu dusun atau desa saja. Dimana satu desa diberikan bantuan 1 sampai 2 tangki air bersih. Artinya tidak setiap hari diberikan.
“Ada beberapa titik yang minta, saat ini sebetulnya di dalam status ini kan SK sebelum 14 Juni kita memberikan bantuan. Tapi tidak banyaklah titik-titik yang meminta itu, mulai saat ini, kalau ada permintaan kita akan langsung distribusi,” demikian. (dpi)