Lombok Utara (Inside Lombok)- Proyek pembangunan pengaman pantai di perairan Gili Meno yang sempat menjadi perhatian DPRD Lombok Utara (KLU) dan dilakukan pengecekan langsung pada proyek tersebut. Kendati demikian, kini mulai menunjukkan manfaat signifikan bagi warga sekitar. Proyek ini dinilai efektif dalam mencegah abrasi yang sering melanda wilayah tersebut.
Kepala Dusun Gili Meno, Masrun, menyatakan bahwa warga sangat menyambut baik proyek yang dikelola oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) itu. Pasalnya, pemerintah Desa Gili Indah sebelumnya telah mengajukan penanganan abrasi ini sudah sekitar 6 tahun lalu dan kini sudah terjawab. “Kami dari Gili Meno sangat berterima kasih. Pengajuan untuk penanganan abrasi ini sudah kami lakukan sejak tahun 2019,” ujarnya, Selasa (9/9).
Dijelaskan, pemerintah Desa Gili Indah telah mengajukan proposal ke berbagai instansi, baik pemerintah daerah maupun provinsi, agar abrasi segera ditangani. Selama musim timur, Gili Meno, khususnya di bagian timur hingga utara, dan dua gili lainnya, sangat terdampak oleh abrasi. Meski proyek belum sepenuhnya rampung, dampak positif sudah mulai terasa. “Alam langsung menjawab. Kami sudah melihat dampak positifnya, meskipun pengerjaan proyek belum selesai,” ucapnya.
Diharapkan proyek yang dikerjakan oleh BWS ini dapat berjalan maksimal dan tidak merusak keindahan estetika pantai. Bahkan pihaknya sangat mendukung dengan rencana-rencana pembangunan dari proyek tersebut. “Rencana yang saya lihat di lapangan, terutama dengan adanya breakwater dan seawall, sangat mendukung. Harapan saya, proyek ini bisa maksimal dan sesuai dengan harapan kita semua,” jelasnsya.
Sebelumnya, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Sungai dan Pantai II Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Nusa Tenggara I, Lalu Nasrudin, menjelaskan bahwa proyek ini adalah program pemerintah pusat yang didanai APBN 2025. Proyek ini bertujuan untuk mengatasi masalah abrasi yang sudah sangat parah.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang untuk restorasi karang yang terdampak. “Sejak tahun 2011 hingga 2022, garis pantai sudah mundur 35 meter. Itulah mengapa pembangunan breakwater dan groin ini sangat mendesak,” ucapnya. (dpi)

