Lombok Utara (Inside Lombok) – Persoalan air bersih di Gili Trawangan maupun Gili Meno, Desa Gili Indah, Kabupaten Lombok Utara (KLU) sampai dengan sekarang belum ada solusi. Dampaknya sudah mulai dirasakan oleh para pengusaha restoran dan hotel. Kunjungan wisatawan mulai berkurang di masa high season ini. Hal tersebut juga berdampak pada target kunjungan wisatawan ke Kabupaten Lombok Utara (KLU) sulit tercapai.
Pasalnya di pertengahan 2024 ini saja kunjungan wisatawan terhitung masih sedikit atau jauh dari target, yakni dengan target 1 juta kunjungan wisatawan. Berdasarkan catatan Dinas Pariwisata KLU, tingkat kunjungan wisatawan sampai dengan Mei 257.498 wisatawan. Baik mancanegara maupun domestik.
“Target kita sih berupaya seperti sebelum covid yaitu 1 juta kunjungan. Tapi baru 250 ribuan dan sudah 6 bulan, tapi sepertinya sulit tercapai ini,” ujar Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata KLU, Fadly, Rabu (26/6). Tidak dipungkiri sulitnya tercapai target kunjungan wisatawan ini karena adanya persoalan air di gili.
Hal itu disayangkan, mengingat pada masa high season ini pemerintah berharap besar terhadap kunjungan wisatawan ke gili. Mengingat dalam sehari kurang lebih sekitar 2.000-2.500 wisatawan ke gili. Namun saat ini dari informasi yang diterima sudah ada beberapa tamu melakukan cancel di gili. “Jelang high season ada persoalan ini, Agustus itu biasanya tinggi kunjungan. Mudah-mudahan ada solusi, supaya cepat selesai,” tuturnya.
Data Dinas Pariwisata KLU, kunjungan wisatawan ke beberapa destinasi wisata yang ada. Dirincikan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) yang berkunjung mulai di Pemenang, Tanjung, Bayan, dan Tiga Gili (Trawangan, Meno, Air) bulan Januari 2024 sebanyak 40.195 orang. Kemudian di Februari 42.344 wisatawan, selanjutnya Maret sebanyak 43.283 wisatawan. Sedangkan di April sebanyak 58.153 wisatawan dan Mei sebanyak 73.523 wisatawan. “Untuk yang Juni belum kami data, nanti di akhir Juni baru didata. Juli dan Agustus itu masa high season dan kunjungan melonjak,” jelasnya.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) KLU, Lalu Kusnawan mengatakan, sudah ada beberapa properti sudah menutup operasionalnya, dimana ada 5 hotel dan 10 restoran. Bahkan ada beberapa karyawan terpaksa dirumahkan. Pasalnya baru tiga hari kemarin air bersih tidak mengalir sudah banyak tamu yang mengkomplain. “Belum ada tanda-tanda air mengalir, nggih (tamu banyak yang check out,red) untuk hotel-hotel yang sudah tidak punya stok air dan on prosess (tutup),” ujarnya. (dpi)