26.5 C
Mataram
Selasa, 30 Desember 2025
BerandaMataramEkonomi NTB Melambat, Anjloknya Sektor Pertambangan Jadi Pemicu

Ekonomi NTB Melambat, Anjloknya Sektor Pertambangan Jadi Pemicu

Mataram (Inside Lombok)- Pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II 2025 mengalami kontraksi 0,82 persen (y on y). Posisi ini menempatkan NTB di jajaran 10 provinsi dengan pertumbuhan ekonomi terendah di Indonesia. Kontraksi ini, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, disebabkan oleh anjloknya kinerja sektor pertambangan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, Wahyudin, menjelaskan ekonomi NTB berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku Triwulan II-2025 mencapai Rp 47,46 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 27,83 triliun. Sedangkan ekonomi NTB Triwulan II-2025 terhadap Triwulan I-2025 mengalami pertumbuhan sebesar 6,56 persen (q-to-q). Hanya saja ekonomi triwulan II-2025 terhadap triwulan II-2024 mengalami kontraksi.

“Ini penyebabnya adalah kontraksi di sektor pertambangan yg mencapai sekitar 29,93 persen. Tetapi sektor lainnya tumbuh positif, kalau kita keluarkan sektor pertambangan, LPE NTB tumbuh sekitar lebih dari 6 persen,” ujarnya, Rabu (24/9).

Anjloknya sektor pertambangan ini merupakan dampak langsung dari turunnya produksi konsentrat tembaga PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PT AMNT) sebesar 57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. “Penurunan ini dipicu oleh kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah sesuai dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara,” terangnya.

Tak hanya itu, ada juga sektor administrasi pemerintah mengalami kontraksi. Penurunan ini disebabkan oleh realisasi belanja pegawai yang turun dari Rp 3,2 triliun pada triwulan II-2024 menjadi Rp 2,9 triliun pada triwulan II-2025. “Penurunannya karena adanya pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) yang telah direalisasikan pada triwulan I-2025,” ucapnya.

Meskipun menghadapi tantangan besar, kontraksi ekonomi NTB tertahan oleh kinerja positif dari beberapa sektor lain. Kategori Industri Pengolahan menjadi pendorong utama pertumbuhan dengan lonjakan signifikan sebesar 66,19 persen (y-on-y).

Lonjakan ini didorong oleh beroperasinya smelter PT Amman Mineral Industri (PT AMIN) di Kabupaten Sumbawa Barat. “NTB masih ada sektor-sektor penunjang pariwisata yang menunjukkan pertumbuhan. Seperti penyediaan akomodasi dan makan minum mencatatkan pertumbuhan tinggi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, kenaikan ini seiring dengan peningkatan jumlah tamu yang menginap di hotel bintang dan non-bintang sebesar 31 persen. Peningkatan ini dipengaruhi oleh kunjungan wisatawan asing yang terus meningkat. “Ada juga dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Ini kontributor terbesar bagi PDRB NTB dan ini pertumbuhannya positif, karena produksi padi meningkat sebesar 5,86 persen tahun ini dibandingkan sebelumnya,” jelasnya.

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Pemerintah Provinsi NTB diminta untuk terus mendukung sektor-sektor potensial seperti pertanian, perdagangan, industri, dan pariwisata. Apalagi pariwisata dalam waktu dekat ini akan ada event MotoGP 2025 yang diharapkan mampu mendongkrak sektor pariwisata.

Sebagaimana diketahui, MotoGP menjadi event internasional yang diselenggarakan setiap tahun, dan tahun 2025 ini merupakan yang keempat kalinya. Pasalnya, dampak diberikan dari event balap internasional kepada sejumlah pelaku usaha hotel, restoran, travel agen, transportasi hingga para UMKM. “Dukungan ini bisa diberikan melalui kebijakan yang proaktif dan alokasi anggaran yang berpihak pada sektor-sektor tersebut,” pungkasnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer