27.5 C
Mataram
Senin, 22 Desember 2025
BerandaMataramIndustri Pariwisata Diajak Perangi Food Waste dan Food Loss

Industri Pariwisata Diajak Perangi Food Waste dan Food Loss

Mataram (Inside Lombok)- Dinas Ketahanan Pangan (DKP) NTB mengajak kolaborasi dari sektor pariwisata dan perguruan tinggi untuk mengatasi dua tantangan besar yang mengancam ketahanan pangan daerah. Dua masalah utama ini adalah food waste (sampah makanan) dan food loss (kehilangan pangan), tidak hanya merugikan secara ekonomi tetapi juga menunjukkan ketidakberlanjutan dalam sistem pangan.

Kepala DKP NTB, Aidy Furqan, menyoroti peran penting sektor pariwisata. Menurutnya, industri ini tidak hanya bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan produk-produk lokal dan nasional kepada dunia, tetapi juga sebagai ujung tombak dalam program penyelamatan pangan nasional. Salah satu langkah konkretnya adalah dengan menerapkan pola stop boros pangan. “Kita tahu hotel atau acara-acara tertentu itu biasanya menjadi penyumbang food waste,” ujarnya, Jumat (8/8).

Lebih lanjut, bahwa sisa-sisa makanan yang tidak termanfaatkan sering kali disebabkan oleh kebiasaan konsumsi yang berlebihan, tanpa mempertimbangkan kebutuhan biologis. Data yang dihimpun DKP NTB mencatat, kerugian akibat food waste di Indonesia mencapai angka yang sangat mengejutkan. “Ini kurang lebih data yang kami dapatkan, satu tahun itu antara Rp200-250 triliun, keborosan itu terjadi karena ada food waste,” terangnya.

Selain food waste, DKP NTB juga menaruh perhatian pada masalah food loss, yaitu kondisi di mana hasil panen tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Masalah ini sering kali dipicu oleh fluktuasi harga komoditas yang tidak stabil. Ia mencontohkan kasus petani tomat. Petani yang telah mengeluarkan biaya produksi sekitar Rp 5.000 per kilogram terpaksa harus membiarkan panennya membusuk saat harga jualnya anjlok menjadi hanya Rp 2.000 per kilogram. “Sudah biaya produksi mahal, panen malah jadi jatuh harganya, sehingga dibiarkan, kalau dipanen butuh biaya dan sebagainya. Itu namanya food loss,” tuturnya.

Kondisi ini yang menyebabkan hasil pertanian yang melimpah justru terbuang sia-sia. Untuk mengatasi hal ini, DKP NTB berharap perguruan tinggi dapat mengambil peran lebih dari sekadar pengajaran. “Bagaimana perguruan tinggi mengintervensi dari sisi pendampingan agar masyarakat tidak terbiasa dengan kondisi itu dan itu cukup tidak bagus untuk perkembangan pangan kita,” imbuhnya.

Melalui proses edukasi dan pendampingan yang intensif, DKP NTB bersama lintas sektor berupaya memerangi food waste dan food loss. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk menghemat sumber daya, tetapi juga untuk menciptakan sistem pangan yang lebih efisien dan berkelanjutan di NTB. “Food waste dan food loss itu yang menjadi salah satu atensi kami. Khusus di ketahanan pangan, melalui proses edukasi, pendampingan serta Kerjasama dengan lintas sektor,” demikian. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer