Mataram (Inside Lombok) – Penanganan kawasan kumuh di Kota Mataram tetap dilakukan. Sampai dengan 2023 ini, luas kawasan kumuh di Kota Mataram tersisa 74,71 hektare. Pemkot Mataram menargetkan setiap tahun ada pengurangan kawasan kumuh.
Koordinator Program Kotaku, Hartati menyebutkan pada 2015 silam jumlah kawasan kumuh di Kota Mataram seluas 803 hektare. Namun seiring perbaikan bangunan permukiman warga, jumlah kawasan kumuh terus berkurang. “Kalau sekarang itu tinggal 74 hektare,” katanya, Rabu (12/7) pagi.
Pihaknya mencatat, pada 2020 luas kawasan kumuh di Kota Mataram tersisa 112 hektare. Pengurangan kawasan kumuh ini dengan perbaikan rumah tidak layak huni (RTLH) serta program-program lainnya.
Dari puluhan hektare kawasan kumuh di Kota Mataram tersebar di enam kecamatan. Namun yang paling banyak masih ditemukan yaitu di Jangkuk. “Ini turun jadi 74,71 hektare tahun ini,” katanya.
Penanganan yang dilakukan tergantung dari kondisi kawasan tersebut. Misalnya, kekumuhan disebabkan oleh jalan yang belum tertangani, maka ditangani melalui program Kotaku. “Kan itu tergantung dari aspek kumuhnya. Ada aspek RTLH, aspek jalan, drainase, air minum dan persampahan,” terangnya.
Ia menerangkan, penanganan yang dilakukan nantinya terfokus pada aspek-aspek tersebut. Ditargetkan, di 2024 mendatang kawasan kumuh di Kota Mataram bisa tuntas. “Ya nol hektare kawasan kumuh di tahun 2024 itu,” ungkapnya.
Untuk memaksimalkan penuntasan kawasan kumuh di Kota Mataram, melalui dana alokasi khusus (DAK) terintegrasi di kawasan Jangkuk. Kota Mataram diharapkan bisa menyiapkan lahan untuk bisa merealisasikan program tersebut. “Masih ada 16,5 hektare di sana. Yang (wilayah) lain itu kecil-kecil (luasan kawasan kumuh),” ucapnya.
Kawasan kumuh di lokasi lain sambung Hartati bisa ditangani oleh Pemkot Mataram melalui anggaran yang tersedia di daerah. “Itu nanti akses jalan untuk mitigasi bencana kebakaran,” ungkapnya. (azm)