Mataram (Inside Lombok) – Sebanyak 22 tim puskesmas di Kota Mataram diterjunkan untuk membantu penanganan kesehatan korban banjir. Selain dari puskesmas, pemeriksaan kesehatan juga datang dari ikatan dokter Indonesia (IDI).
“TGC itu dari gawat darurat dan Emergency Medical Team itu untuk event-event kita perbantukan semua,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. Emirald Isfihan, Selasa (8/7) pagi.
Ia mengatakan, jumlah petugas kesehatan yang diturunkan di setiap lokasi pengungsian yaitu sebanyak 10 orang. Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan jadwal yang sudah dibuat untuk memaksimalkan penanganan bagi para korban banjir. “Pemeriksaan ini dilakukan secara mobile atau keliling tapi sesuai jadwal. Kalau pemeriksan itu jam 08.30 wita sudah turun sampai jam 10.00 wita sudah selesai,” katanya.
Disebutkan, sebanyak 27 warga dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih maksimal. Pasalnya, ada beberapa warga yang terluka parah. “Ada yang lukanya agak besar sehingga harus dijahit. Sudah tertangani. Ada juga yang terjatuh itu ada pendarahan otak,” katanya.
Puluhan warga yang dirujuk tersebut masuk kategori luka berat. Diakuinya, kemampuan tim yang ada di lapangan masih terbatas untuk menangani warga yang sakit. “Luka ringan bisa diselesaikan. Kalau berat itu kemampuan kita di lapangan tentunya sedang menangani makanya langsung ke rumah sakit,” ungkapnya.
Potensi penyakit yang bisa muncul pasca banjir ini yaitu diare, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan Leptospirosis yang berasal dari kotoran tikus. Pemantauan kesehatan warga pasca banjir ini akan dilakukan selama dua minggu kedepan. “Itu memang standarnya dua minggu kita lakukan,” katanya
Selain menyasar warga korban banjir, pemeriksaan kesehatan juga dilakukan di posko utama yang ada di Pendopo Walikota Mataram. Selain pemeriksaan kesehatan, petugas juga memberikan vitamin dan juga obat-obatan. “Kita juga melakukan pemeriksaan kesehatan teman-teman kita di posko utama,” ujar dr. Emirald.
Masyarakat diimbau untuk menjaga kesehatan pasca banjir. Jika ada genangan disarankan untuk segera dibersihkan dan bukan untuk menjadi tempat main. “Masyarakat kalau sudah berkontak dengan kondisi lingkungan, terutama limbah-limbah itu higienisnya cuci tangan dan kaki,” katanya. (azm)