Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat mengadakan Workshop Moslem Friendly Tourism yang berlangsung selama satu hari di Ballroom Hotel Lombok Raya, Mataram, kemarin. Sekitar 70 peserta hadir, terdiri dari perwakilan lembaga pemerintah, BUMN dan BUMD, asosiasi pariwisata, akademisi, hingga pelaku usaha di sektor pariwisata.
Acara dimulai dengan laporan kegiatan yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pengembangan Destinasi, Chandra Aprinova. Ia menjelaskan bahwa workshop ini dirancang untuk memperdalam pemahaman tentang konsep pariwisata ramah muslim serta memperkuat kerja sama lintas sektor dalam pengembangannya di NTB.
“Melalui workshop ini, kami ingin memperluas wawasan mengenai konsep pariwisata ramah muslim yang bersifat inklusif, meningkatkan kualitas produk dan sertifikasi halal, serta membangun kolaborasi pentahelix demi keberlanjutan pariwisata NTB,” ujar Chandra Aprinova.
Sejumlah narasumber kompeten turut hadir, termasuk para pakar Moslem Friendly Tourism dan perwakilan berbagai asosiasi seperti ASITA, HPI, ASTINDO, dan GPPI. Mereka berbagi pandangan serta pengalaman terkait praktik penerapan wisata ramah muslim di lapangan.
Sambutan sekaligus pembukaan resmi disampaikan oleh Sekretaris Dinas Pariwisata NTB, Mulki, mewakili Kepala Dinas. Dalam arahannya, Mulki menekankan bahwa pengembangan pariwisata ramah muslim merupakan salah satu prioritas strategis pemerintah daerah untuk mendorong terciptanya destinasi berkelas dunia yang inklusif dan berdaya saing.
“Kegiatan ini bukan hanya media untuk bertukar pengetahuan, tetapi juga wadah mempererat kolaborasi dalam upaya menjadikan NTB sebagai destinasi pariwisata ramah muslim yang mendunia. Keselarasan langkah semua pihak sangat menentukan posisi NTB di kancah global,” kata Mulki.
Melalui agenda ini, para peserta diharapkan dapat membawa pulang pemahaman baru serta semangat untuk terus memperkuat pengembangan wisata ramah muslim di NTB.
“Semoga workshop ini menjadi langkah konkret dalam mewujudkan NTB sebagai destinasi pariwisata ramah muslim yang unggul, berkelanjutan, dan diakui dunia,” tutupnya. (gil)

