Jakarta (Inside Lombok) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melakukan upaya-upaya strategis untuk mendorong peningkatan daya saing dan produktivitas industri makanan dan minuman (mamin) nasional agar mampu berkompetisi di tingkat global, yang salah satu langkahnya adalah dengan mendorong penerapan teknologi Industri 4.0 di sektor tersebut, mulai dari tahap desain produk hingga distribusi.
“Upaya tersebut diproyeksikan akan mampu meningkatkan produktivitas serta efisiensi sektor industri mamin antara 10 hingga 15 persen,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim lewat keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Menurut Rochim, implementasi Industri 4.0 pada sektor manufaktur diyakini dapat menghemat biaya operasional.
“Ini penting karena dengan teknologi Industri 4.0, pelaku industri dapat melakukan estimasi kapan waktu yang tepat untuk memperbaiki atau merevitalisasi peralatan produksi yang mereka miliki, sekaligus dapat mencegah kerusakan alat produksi yang berdampak pada proses produksi,” ungkapnya.
Teknologi Industri 4.0 juga dinilai berperan penting untuk meningkatkan utilisasi pabrik pada sektor makanan dan minuman, terlebih pada kondisi pandemi COVID-19.
“Implementasi teknologi Industri 4.0 dapat menjadi solusi ketika pabrik belum dapat sepenuhnya beroperasi secara normal. Apabila dalam keadaan normal, implementasi teknologi Industri 4.0 pada sektor makanan dan minuman dapat meningkatkan utilisasi 20-25 persen,” paparnya.
Pemerintah telah mencanangkan percepatan penerapan teknologi Industri 4.0 melalui implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, dengan industri makanan dan minuman sebagai salah satu sektor prioritas yang dipacu pengembangannya.
Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan pada 2018 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan arah dan strategi bagi percepatan penerapan industri 4.0 di Tanah Air.
Rochim mengungkapkan, saat ini penggunaan teknologi industri 4.0 di sektor makanan dan minuman sudah cukup baik dan akan terus didorong implementasinya, sehingga dapat lebih optimal pertumbuhannya dan menghasilkan produk berdaya saing tinggi.
“Kami terus mendorong optimalisasi penggunaan teknologi industri 4.0 ini untuk membantu industri dalam meningkatkan produksi maupun kualitas produk yang dihasilkan,” jelasnya.
Industri makanan dan minuman menjadi salah satu sektor andalan penopang pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional. Peran pentingnya terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri nonmigas, yang mencapai 36,4 persen pada triwulan I 2020. terhadap PDB manufaktur. Pada periode yang sama, pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 3,9 persen.
Bahkan sepanjang semester I tahun 2020, industri makanan dan minuman memberikan devisa yang paling besar dengan ekspor senilai 13,73 miliar dolar AS dan mendominasi sektor usaha di Tanah Air, terutama industri kecil menengah (IKM), sehingga menjadi tumpuan bagi berputarnya roda ekonomi nasional. Industri ini ditargetkan mampu unggul di wilayah Asia Tenggara. (Ant)