Mataram (Inside Lombok) – Libur Lebaran 2025 diprediksi akan menjadi salah satu momen penting dalam kebangkitan sektor pariwisata di Indonesia, termasuk di NTB. liburan Lebaran kali ini dapat menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi lokal.
“Dengan meningkatnya pergerakan wisatawan, ekonomi lokal akan merasakan dampaknya yang sangat positif. UMKM dan sektor hospitality akan merasakan berkah dari tingginya permintaan,” ujar Dewan Pakar GSN Bidang Pariwisata, Taufan Rahmadi, Senin (17/3).
Menurutnya, hal ini akan terlihat dari lonjakan okupansi hotel dan penginapan yang diperkirakan akan mengalami peningkatan signifikan. Begitu juga dengan sektor transportasi lokal, seperti rental mobil dan objek wisata, yang diprediksi akan sangat sibuk dan merasakan dampak positif dari tingginya minat masyarakat untuk berlibur. Namun, di balik potensi besar ini, ada tantangan yang harus diantisipasi. Salah satu tantangan utama yang dapat muncul adalah fenomena overcrowding effect, yaitu ketika destinasi wisata menjadi terlalu padat, sehingga mengurangi kenyamanan bagi pengunjung.
“Kami perlu berhati-hati terhadap potensi keramaian berlebih ini, yang dapat mempengaruhi kualitas pengalaman wisata. Oleh karena itu, pengelolaan destinasi wisata yang baik sangat penting,” ungkapnya.
Selain itu, kesiapan infrastruktur juga menjadi hal yang tak kalah penting. Taufan menegaskan bahwa aspek transportasi, akomodasi, dan fasilitas umum harus dipersiapkan dengan matang agar tidak terjadi kekurangan kapasitas yang dapat mengganggu kenyamanan wisatawan.
“Pemerintah daerah dan pelaku industri pariwisata harus proaktif dan bekerja sama untuk memastikan destinasi siap menghadapi lonjakan pengunjung. Ini adalah Golden Window yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memulihkan sektor pariwisata daerah,” tegasnya.
Lebih lanjut, jika momentum liburan Lebaran 2025 ini dikelola dengan baik, maka bukan tidak mungkin tahun ini akan menjadi titik balik bagi transformasi industri pariwisata. Dengan pengelolaan yang tepat, bisa membawa sektor pariwisata ke level yang lebih tinggi, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Kesempatan ini juga dapat menjadi fondasi yang kuat untuk pengembangan pariwisata yang lebih berkelanjutan. Aspek kualitas dan keberlanjutan tetap menjadi prioritas utama,” terangnya.
Sementara itu, libur tahun ini akan memberikan dampak positif bagi industri pariwisata daerah, terutama berkat tiga faktor utama yang saling mendukung. Faktor tersebut adalah kebijakan Work From Anywhere (WFA), waktu bertepatan dengan periode gajian, serta penurunan harga tiket transportasi, terutama pesawat. Dimana ketiga faktor ini berfungsi sebagai katalisator yang dapat mendorong percepatan pemulihan sektor pariwisata di tanah air.
“Dengan adanya faktor-faktor pendukung yang ada, libur Lebaran 2025 memang menjadi sebuah kesempatan emas bagi pariwisata Indonesia untuk melesat, memperkuat ekonomi lokal. Sebuah momentum yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh elemen terkait,” demikian. (dpi)