29.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaPendidikanRendah, Literasi dan Numerasi Dasar di Lotim Masih Butuh Perhatian Semua Pihak

Rendah, Literasi dan Numerasi Dasar di Lotim Masih Butuh Perhatian Semua Pihak

Lombok Timur (Inside Lombok) – Kemampuan literasi dan numerasi dasar siswa madrasah maupun sekolah dasar di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) masih rendah. Berdasarkan raport pendidikan tahun 2022, siswa kelas awal yang sudah memiliki kemampuan literasi dan numerasi masih kurang dari 50 persen. Sehingga butuh upaya yang lebih keras untuk meningkatkan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa tersebut.

Rektor Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor, TGB Zainul Majdi dalam acara Seminar Nasional “menjawab tantangan literasi dasar di madrasah” yang digelar di Pancor, Jumat (15/09/2023) mengatakan, ciri khas madrasah adalah pendidikan ke-Islamannya.

Hal ini bisa dikolaborasikan dengan pembelajaran umum untuk meningkatkan literasi dan numerasi dasar. Karena akan lebih memudahkan siswa di dalam memahami pembelajaran. Di samping itu, pola ini akan membuat pendidikan agama tetap melekat pada diri siswa.

“Madrasah ini adalah sekolah plus dengan pendidikan agamanya. Maka plusnya itu bisa digunakan agar literasi dasar bisa lebih baik. Banyak bahan dari aspek keagamaan yang bisa digunakan untuk perkaya bahan literasi dasar dengan konvergensi pembelajaran. Contohnya adalah pelajaran tentang kewajiban keseharian yakni kewajiban salat fardu sebanyak 17 rakaat sehari itu adalah numerasi. 6 rukun wudhu sebagai syarat sah solat juga numerasi,”imbuhnya.

Menurutnya, kalau guru mampu menjadikan pengetahuan keagamaan ini untuk memperkuat literasi dasar maka akan terlihat perbedaan antara madrasah dan sekolah terkait pembelajaran literasi dan numerasi tersebut.

Selain itu, dia mendorong peningkatan kapasitas guru dengan terus menerus belajar memperluas dan memperbaharui pengetahuan dan ilmunya. Sehingga lebih memudahkan di dalam mengajar siswa, termasuk dalam hal literasi dan numerasi dasar. Hal ini menurutnya sangat penting.

“Tidak hanya murid yang wajib belajar, tapi para guru juga. Terlebih ilmu ini sangat dinamis. Sangat cepat berubah termasuk teknis pengajaran, kurikulum dan metodologi pendidikan. Dalam dunia pendidikan saat ini guru tidak bisa lagi hanya mengajar siswa. Tapi juga persiapkan mereka untuk membentuk masa depan bangsa. Karena kalau diajarkan sekedarnya, dia akan sulit bersaing ke depannya,”katanya.

Senada dengan itu, Kasubdit Kesiswaan Kementerian Agama (Kemenag) RI Imam Bukhori menyampaikan, Kemenag RI telah meluncurkan Implementasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas (IKM-BK) untuk menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada siswa sebagaimana yang menjadi semangat dari Kurikulum Merdeka yang juga telah diimplementasikan.

IKM-BK ini diharapkan mampu mendongkrak capaian literasi numerasi dasar dengan pola pembelajaran berdiferensiasi atau sesuai dengan level kemampuan siswa. Sejauh ini hanya madrasah- madrasah yang telah ditunjuk oleh Kemenag yang bisa menerapkan IKM-BK. Karena dilakukan melalui pengusulan, verifikasi, pendampingan hingga akhirnya di SKK kan untuk menerapkan IKM-BK dengan tetap dievaluasi.

“Pembeda antara IKM di madrasah dan sekolah adalah aspek nilainya. Bedanya adalah ciri khas agama Islam yang tercermin dalam dua hal, yakni tercermin dalam mata pelajarannya yakni pelajaran agama. Diharapkan anak yang keluar dari madrasah lebih baik keagamaan dan sikapnya daripada yang ada di sekolah,”katanya.

Ahli Utama Direktorat Jenderal Pendidikan Pusdiklat Kemenag RI Cut N. Ummi Athiyyah menambahkan, untuk menjawab tantangan literasi numerasi dasar ini, pihaknya bekerjasama dengan Inovasi untuk Anak Indonesia (INOVASI), program kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, untuk menyiapkan pelatihan IKM-BK. Di antaranya adalah kajian pada sekolah atau madrasah di Lombok sebagai bagian dari program INOVASI khusus pada aspek literasi dan numerasi.

“INOVASI adalah sahabat Pusdiklat dalam menyiapkan pelatihan IKM-BK. Modul literasi, alat-alat yg digunakan oleh madrasah yang diterapkan di Lombok kami adopsi langsung untuk pelatihan Pusdiklat,”katanya.

Pusdiklat juga melakukan penguatan kapasitas komunitas atau madrasah yang akan mengimplementasikan IKM-BK dengan pengembangan sumber daya. Di mana madrasah perlu menyediakan sumber daya yang cukup, termasuk buku teks, perangkat teknologi dan fasilitas belajar yang mendukung IKM-BK.

“Selain itu, pengawas madrasah yang sudah dilatih selanjutnya melakukan pelatihan pendampingan kepada kepala madrasah binaannya,”jelas dia.

Sementara itu, seminar nasional tersebut juga dihadiri oleh Provincial Manager INOVASI NTB Sri Widuri dan diikuti oleh pengawas, kepala sekolah, guru serta mahasiswa.

Manajer program kemitraan INOVASI-IAIH Heri Hadi Saputra mengatakan tujuan terlaksananya seminar nasional tersebut adalah untuk mendiseminasikan program kemitraan yang sudah dilakukan INOVASI bersama IAIH untuk mendukung pelaksanaan IKM dalam peningkatan literasi dan numerasi dasar yang sudah dimulai sekitar tujuh bulan.

“Seminarnya digelar untuk dapatkan info terkait program itu sejauh mana perkembangannya. Sehingga bisa dilakukan perbaikan dan evaluasi ketika ada yang kurang,”tandasnya.

Dia mengakui kalau kondisi literasi dan numerasi siswa di Lotim masih memprihatinkan. Karena masih banyak siswa di kelas rendah bahkan juga kelas IV madrasah maupun sekolah yang kemampuan literasi nya masih kurang .

Tantangan yang dihadapi dalam rendahnya literasi numerasi ini menurutnya adalah guru di madrasah belum konsisten menerapkan pembelajaran berdiferensiasi meski sudah memulai. Kemudian kurangnya akses siswa terhadap buku bacaan yang relevan dengan usianya atau tumbuh kembangnya.

“Buku bacaan seperti itu jarang ditemukan di madrasah. Hanya ada buku teks biasa dan kurang menarik bagi anak. Media pembelajaran juga minim. Sehingga guru tidak banyak berinovasi dalam menampilkan pembelajaran yang menarik bagi siswa,” katanya. (den)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer