Mataram (Inside Lombok) – Sebanyak 2.494 mahasiswa baru mulai mengikuti orientasi studi mahasiswa baru (OSMB). Pada tahun ini, jumlah mahasiswa baru dari kalangan fresh graduate yaitu mencapai 40 persen.
“Total mahasiswa baru itu 2 ribuan, dan fresh graduate itu ada 40 persen,” kata Direktur UT Mataram, Heriyanto Sabtu (31/8) pagi. Ia mengatakan dalam rangka pemerataan pendidikan UT mulai menyasar para lulusan baru atau yang biasa disebut fresh graduate. Berbeda dengan perguruan tinggi lainnya, yang lebih banyak memanfaatkan teknologi selama perkuliahan. “Ini sudah mulai banyak terutama yang ada di Mataram. Kita gencar selalu memperkenalkan UT ini kepada anak-anak yang baru lulus,” sambungnya.
Ia mengatakan, lulusan baru ini disebut memiliki pemikiran yang masih segar dan bisa lebih disiplin. Dengan begitu, para mahasiswa baru ini bisa lebih cepat untuk lulus. Karena saat ini, mahasiswa yang ada di UT Mataram tidak saja anak muda melainkan orang tua. Sejumlah mahasiswa ada yang sudah berusia diatas 50 tahun bahkan 80 tahun.
“Kesibukan betul dan masih banyak yang kerja jadi mahasiswa. Ada yang termuda juga dan ada yang tua juga. Usianya diatas 50 tahun dan 85 tahun dan saat ini semester 4,” katanya. Melalui OSMB, para mahasiswa mulai diperkenalkan sistem perkuliahan yang akan diikuti. Karena jika tidak memahami maka akan mengalami kesulitan ketika sedang berlangsung. “Ini kan sistem perkuliahannya online dan sangat fleksibel dan tidak mengganggu pekerjaan,” katanya.
Masyarakat NTB menurut Heriyanto, setelah lulus SMA/SMK tujuan utamanya untuk bekerja. Padahal UT menawarkan kemudahan bisa kerja sambil kuliah. “Selain itu kan kuliah itu mahal pemikiran orang tua. Kita mencoba mengenalkan UT,” katanya.
Sementara itu, Guru Besar UT Prof. Dr. Maximus Gorky Sembiring mengatakan perkuliahan dengan jarak jauh saat ini sudah menjadi keharusan. Selain itu, pemanfaatan perkembangan teknologi yang terjadi harus digunakan dengan maksimal. “Online learning menjadi keniscayaan, solusi bagi orang-orang yang keterbatasan waktu, ruang dan sebagainya,” katanya.
Disatu sisi, pendidikan online ini juga tidak menjadi persoalan yang berarti jika mahasiswa bersangkutan disiplin. Sehingga nantinya tidak ada perbedaan antara pembelajaran sistem online atau offline.
“Kalau dulu kan kita kesulitan. Jarak terjauh dengan Bima misalnya hanya untuk mengantar buku saja butuh waktu dua hari. Kalau sekarang teknologi ini sudah ada, kendala ruang dan waktu tadi menjadi tidak persoalan lagi,” tutupnya. (azm)