Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pendidikan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menargetkan sekolah mulai dibuka pada bulan Oktober 2020, dengan tetap melihat perkembangan kasus COVID-19 serta rekomendasi dari tim gugus tugas penangan COVID-19.
“Apabila sudah ada rekomendasi dari gugus untuk membuka sekolah, kami targetkan mulai Oktober agar kita bersama pihak sekolah bisa menyiapkan fasilitas sekolah sesuai protokol COVID-19,” kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram H Lalu Fatwir Uzali di Mataram, Senin.
Hal itu dikemukakannya menanggapi pernyataan Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh yang akan mengkaji kemungkinan sekolah dibuka dan kegiatan pelajaran tatap muka dilaksanakan sesuai protokol COVID-19, sebab siswa sudah libur terlalu lama.
Fatwir mengakui, selama ini terjadi pro dan kontra terhadap orang tua terkait masuk sekolah dan melakukan pembelajaran tatap muka.
“Banyak orang tua yang pro ingin membuka sekolah, tapi yang kontra mendesak jangan dibuka dulu juga banyak. Di sinilah kita merasa delematis,” katanya.
Akan tetapi, jika sudah ada rekomendasi surat resmi dari kepala daerah atau tim gugus COVID-19, Disdik akan melakukan persiapan paling tidak sekitar dua pekan atau maksimal awal Oktober 2020.
Persiapan selama dua pekan tersebut, katanya, untuk memberikan kesempatan kepala sekolah menyiapkan infrastuktur pendukung di sekolah dan kelas. Termasuk persiapan mental dan materi yang dibutuhkan para guru.
“Selain itu, perlu persiapkan orang tua juga terkait baju seragam anak-anak yang belum jadi serta peralatan sekolahnya,” ujarnya.
Di samping itu, lanjut Fatwir, persiapan juga dilakukan untuk penyemprotan ulang semua sekolah dengan cairan disinfektan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Mataram.
“Jika sekolah sudah dibuka, kami akan meminta penyemprotan disinfektan aktif dilakukan sekali sepekan sebagai upaya pencegahan COVID-19,” katanya.
Dalam melaksanakan sekolah fase normal baru, katanya, pihaknya tetap menerapkan standar kesehatan COVID-19 normal baru. Misalnya, mengurangi jumlah siswa pada satu kelas hingga 50 persen.
Artinya, kalau siswa satu kelas 30 orang maka hanya 15 orang yang bisa masuk dengan pengaturan jam masuk siswa secara bergantian sebagai penerapan sosial dan jaga jarak fisik.
Selain itu, jam keluar main ditiadakan, kantin ditutup agar siswa tidak berkerumun. Kegiatan ekstrakurikuler akan dibatasi tapi mengoptimalkan kegiatan intrakurikuler.
“Perlu diketahui jika sekolah dibuka, siswa tidak masuk sepekan penuh. Mungkin, siswa akan masuk dua hari, kemudian lanjut belajar dari rumah (BDR) lagi,” katanya. (Ant)