Lombok Barat (Inside Lombok) – Nurhidayah sayangkan pengrusakan alat peraga kampanye (APK) berupa baliho miliknya yang dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab. Padahal, kata dia, pilkada ini mestinya dirayakan dengan perasaan riang dan gembira, serta bersaing secara suportif.
“Banyak sekali baliho kita yang dirusak itu, apalagi di wilayah tengah dan selatan,” ungkap Nurhidayah saat ditemui di Gerung, Rabu (12/09/2024) malam. Pengerusakan balihonya juga disebut pernah terjadi di wilayah Gunungsari. Namun, tim pemenangannya berhasil mengetahui oknum yang melakukan pengrusakan, hingga akhirnya diminta bertanggung jawab untuk mengganti dan memasang kembali.
Pihaknya pun merasa dirugikan akibat pengrusakan tersebut. Terlebih, di masa-masa ini, para bakal calon banyak memasang APK untuk mensosialisasikan diri agar lebih dikenal masyarakat luas. “Dengan APK itu kita berharap masyarakat melihat dan tahu, kalau kami juga calon bupati. Kalau dirusak, kan masyarakat jadi tidak tahu kalau ada pasangan jalan baru,” tukas politisi perempuan asal Gunungsari ini.
Dia merasa, cara-cara pengrusakan itu justru terkesan seolah ingin memotong informasi-informasi mengenai para pasangan bakal calon kepada masyarakat. “Itu kan informasi ke masyarakat yang berusaha dipotong,” imbuhnya.
Dia menyebut, yang membuat dirinya heran adalah posisi APK jalan baru berderet dengan APK-APK bakal calon lainnya. Namun, yang dirusak hanya APK miliknya saja. “Posisinya berderet dengan calon lain, tapi yang dirusak hanya jalan baru. Kan aneh,” katanya heran.
Nurhidayah menuturkan bahwa saat ini memang banyak pandangan yang menganggap remeh pasangan jalan baru tersebut. “Hari ini kan Nurhidayah-Imam Kafali ini pasangan yang paling diremehkan, timnya anak-anak kecil. Yang dia bukan siapa-siapa dibandingkan pasangan lain yang hebat-hebat,” ketusnya politisi perempuan yang dijuluki Ratu Lebah oleh pendukungnya ini.
Pihaknya punn mengimbau kepada seluruh tim pemenangannya, termasuk komunitas cinta biru. Untuk jangan sampai melakukan tindakan pengrusakan serupa. “Karena kita ini ingin mengedepankan etika dalam berpolitik, kita juga menganut politik riang dan gembira,” tegasnya.
Menurutnya, demokrasi adalah pesta yang mestinya dilakukan dengan cara riang dan gembira. Agar jangan sampai terjadi perpecahan antara para pasangan bakal calon. “Siapapun yang menang nanti, kan harus sama-sama kita junjung tinggi itu sebagai keputusan yang datang rakyat,” pesannya. (yud)