Mataram (Inside Lombok) – Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTB, Zulkieflimansyah – Moh. Suhaili FT (Zul – Uhel) menjadi yang pertama datang ke Kantor KPU NTB, menghadiri debat perdana pilkada yang digelar pada Rabu (23/10) malam kemarin. Salah satu pertanyaan yang diterima paslon ini terkait perhatian pada bidang kesehatan.
Sebelumnya, pertanyaan panelis menyangkut program pemerintah pusat yang mengurangi alokasi kesehatan 5 persen melalui APBN kepada seluruh daerah. Uhel, sapaan akrab Suhaili, menjawab pertanyaan itu dengan menyampaikan komitmen menaikkan insentif bagi kader posyandu. Terlebih kader posyandu disebutnya tidak boleh dianaktirikan.
Bagi Uhel, kesehatan adalah layanan dasar bagi masyarakat, sehingga dalam aktualisasinya tidak bisa ditawar tawar. “Kami itu komitmen paling awal, wujudkan masyarakat yang sehat. Tapi paling penting dari itu, infrastruktur mendukung harus jadi perhatian kita. SDM jadi perhatian,” tegasnya.
Di sisi lain, menurut Bupati Lombok Tengah (Loteng) dua periode itu, hal paling penting dalam meningkatkan sektor kesehatan adalah membangun aspek partisipatif. “Sesuai moto kami, bersatu padu menuju NTB Gemilang,” lanjutnya.
Uhel lantas merinci penjelasannya, di mana bersatu berarti pelibatan aktif komponen dan elemen masyarakat, termasuk di dalamnya ada kader posyandu. Catatan Suhaili, di NTB ada sekitar 27 orang kader posyandu. Banyaknya kader ini diakui belum diimbangi dengan insentif yang layak.
“Sehingga Zul – Uhel menegaskan, kader posyandu selama ini dilupakan, insentifnya akan dinaikkan. Tidak hanya insentifnya, tapi honornya kita naikkan,” ujar Uhel lantang. Karena itu, segala aspek pembangunan harus dilakukan secara partisipatif. Pemprov NTB harus didukung kabupaten dan kota sebagai pemilik wilayah. “Masyarakat tidak akan sehat, tanpa ada dukungan partisipatif,” tegasnya. (r)