27.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaRagamKisah Anak-Anak di TPA Pengengat, Lebih Pilih Memulung Ketimbang Sekolah

Kisah Anak-Anak di TPA Pengengat, Lebih Pilih Memulung Ketimbang Sekolah

Lombok Tengah (Inside Lombok) – Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Pengengat di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah menjadi penyokong layanan sanitasi Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Mandalika. Di antara area pembuangan sampah itu, banyak masyarakat sekitar yang menggantungkan hidup di sana.

Bersama dengan para pemulung lainnya, A (9), mengais tumpukan sampah, mencari mainan maupun sampah seperti plastik, kardus, dan alumunium yang masih bisa dijual. Ia pun megaku lebih memilih memulung ketimbang sekolah, lantaran desakan ekonomi keluarga.

Sehari-hari A dan seorang temannya yang penyandang disabilitas tunanetra bermain dan mencari sampah di TPA tersebut, sejak pagi sampai siang hari. Saat ditemui, sesekali mereka memainkan sebuah mobil truk mainan yang mereka temukan di tumpukan sampah.

Setiap kali melihat truk pengangkut sampah datang ke TPA Pengengat, A langsung antusias lantaran mengharapkan ada mainan bekas yang masih bisa difungsikan yang terbawa. “Tadi saya dapat kipas angin kecil, ternyata masih bisa berfungsi,” ujarnya.

Menurut A, bersekolah hanya menghabiskan banyak waktu. Baginya lebih baik mencari sampah dan bermain. “Kalau sekolah saya sekitar kelas tiga, saya tidak punya motor juga untuk ke sekolah,” ujarnya.

Meski begitu, A mengaku mengerti arti menghormati orang lain dan bersedia mendengarkan saran dari orang yang lebih dewasa darinya. “Kalau sekolah kan sama saja. Tidak apa-apa begini saja,” ujarnya singkat.

TPA Sampah Pengengat di Kecamatan sendiri hanya berjarak 20 kilometer (km) dari Bandara Internasional Lombok dan 16 km dari KSPN Mandalika. TPA ini dibangun pada 2014 dan awal beroperasi pada 2015 dengan pengelolaan di bawah Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah.

Di area TPA seluas 10 hektare itu, 2 hektare area pembuangan telah dimanfaatkan sebagai penampungan sampah domestik/timbunan sampah sebanyak 300 meter kubik per hari (50,83 ton per hari). Di sanalah para pemulung termasuk A memilih mengantungkan hidup. (fhr)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer