Lombok Timur (Inside Lombok) – Sebuah gazebo sederhana di Dusun Perenang, Desa Kabar, Kecamatan Sakra, yang biasanya hanya digunakan untuk nongkrong dan bermain game online, kini berubah fungsi menjadi ruang belajar dan literasi. Berkat inisiatif Ikatan Pemuda Dusun Perenang (IPDP), tempat itu disulap menjadi pojok baca yang ramai dikunjungi anak-anak hingga orang tua.
Setiap akhir pekan, gazebo berukuran kecil itu dipenuhi ratusan buku mulai dari bacaan anak-anak, buku pengetahuan umum, hingga koleksi literatur remaja. Aktivitas ini merupakan bagian dari program pengembangan literasi yang digagas pemuda setempat, sebagai upaya membentuk budaya membaca sejak usia dini.
“Ini adalah lanjutan dari program literasi digital yang sebelumnya kami laksanakan. Sekarang kami ingin mendekatkan buku langsung ke masyarakat,” ujar Rendi Andrian, Sekretaris IPDP, Rabu (4/6).
Kegiatan pojok baca ini berangkat dari keprihatinan para pemuda terhadap kebiasaan anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu bermain gadget selama libur sekolah. Menurut Rendi, membaca buku di luar jam sekolah masih belum menjadi kebiasaan umum.
Untuk menarik minat anak-anak, kegiatan diawali dengan permainan tradisional. Setelah itu, peserta dibagi berdasarkan jenjang pendidikan untuk memulai sesi membaca. Anak-anak yang belum lancar membaca mendapat bimbingan langsung dari para relawan IPDP. “Jadi tidak sekadar menyodorkan buku, tapi kami juga mendampingi mereka membaca dan memastikan mereka memahami isi bacaan,” tambah Rendi.
Antusiasme masyarakat cukup tinggi. Beberapa orang tua bahkan turut meminjam buku untuk dibaca di rumah karena keterbatasan waktu di lokasi. Buku-buku yang digunakan merupakan hasil peminjaman kolektif dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lombok Timur, serta koleksi pribadi para anggota IPDP. “Kalau mereka harus ke perpustakaan sendiri, itu sulit. Maka kami yang bawa perpustakaan ke mereka,” jelasnya.
Program yang awalnya direncanakan hanya digelar dua kali dalam sebulan kini dipertimbangkan untuk dilaksanakan setiap akhir pekan, melihat besarnya animo masyarakat.
IPDP berharap kegiatan ini tak hanya menjadi pengisi waktu luang, tetapi juga mampu menumbuhkan kecintaan terhadap buku dan menjadikan membaca sebagai bagian dari keseharian anak-anak. “Kalau mereka sudah cinta buku, membaca akan menjadi kebiasaan, bukan paksaan,” pungkas Rendi. (den)

