25.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaRagamUkuran Mode Sangat Penting Untuk Pengembangan Produk Fesyen di Indonesia

Ukuran Mode Sangat Penting Untuk Pengembangan Produk Fesyen di Indonesia

Mataram (Inside Lombok) – Guna mengembangkan usaha produk fesyen di Indonesia, standar ukuran busana menjadi hal yang sangat penting. Karena saat ini ukuran yang digunakan oleh pelaku usaha mode di Indonesia berbeda-beda.

Ketua Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI), Popy Sudarsono mengatakan belum adanya standarisasi ukuran yang tetap menyebabkan masing-masing konsumen agak kesulitan menemukan ukurannya sendiri. “Belum ada ukuran yang tepat nih, jadi belum menemukan mana ukuran yang cocok kalau produk Indonesia. Kalau produk Eropa sudah pasti pas,” katanya.

Melalui rakernas ke-11 yang digelar APPMI, diharapkan ada ukuran yang tepat untuk konsumen di Indonesia. Pasalnya, saat ini belum ada standar, sehingga pengusaha mode menggunakan ukuran sendiri-sendiri. “Kita harus merealisasikan. Makanya ada datang dari Perindustrian, BSN dan kita duduk bersama,” katanya.

Ia mengakui, selama ini sudah ada standar ukuran yang ditentukan. Namun belum disosialisasikan secara maksimal. Selain itu, standar yang dibuat juga harus dilegalkan oleh pemerintah pusat agar menjadi acuan para perancang mode di Indonesia. “Kita minta dilegalkan oleh pemerintah,” tegasnya.

Standar yang sudah ada lanjut Popy dinilai kurang pas. Misalnya, ukuran S dinilai terlalu besar sehingga harus ada penyesuaian kembali terkait ukuran tersebut. “Diperlihatkan tadi, tapi itu tidak pas. Kalau S (ukuran) pinggangnya 95, itu gede banget. Jadi nanti salah S di sini dan di sana (berbeda),” ujarnya.

Untuk menentukan satu ukuran busana ini, APPMI nantinya akan membuat baju dengan ukuran yang ada. Selain itu juga pemerintah dengan ukuran yang sudah ditentukan. Dari baju yang dibuat maka akan ditentukan ukuran yang pas untuk diterapkan menjadi satu ukuran kedepannya.

“Kita harus duduk bersama. Secara teknis kita harus melihat standar dari BSN kita bikin baju dengan standar yang ada di saya, di pemerintah. Kita lihat dari baju yang dibuat standar yang benar itu yang mana,” ungkapnya.

Diakuinya, perbedaan ukuran ini masih banyak ditemukan di pelaku industri fesyen skala UMKM, sehingga masih membutuhkan bimbingan dari APPMI. Diharapkan kedepan bisa memiliki standarisasi ukuran yang sama. “Kalau industri yang besar sudah tidak ada masalah, yang skupnya skala UMKM itu yang memerlukan bimbingan,” tegasnya. (azm)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer