26.8 C
Mataram
Senin, 13 Januari 2025
BerandaRagamWarga Binaan Lapas Kelas IIA Lobar Isi Masa Hukuman dengan Belajar Membatik

Warga Binaan Lapas Kelas IIA Lobar Isi Masa Hukuman dengan Belajar Membatik

Lombok Barat (Inside Lombok) – Berkarya dengan membatik, salah satu inovasi warga binaan lapas kelas IIA Lombok Barat. Ini salah satu cara untuk mengasah kreatifitas mereka agar ke depan bisa lebih baik sebagai upaya untuk merubah kehidupan mereka. Bahkan, produk mereka telah mampu menembus pasar nasional hingga internasional.

Wayan Sumadiase, salah satu warga binaan di Lapas Kelas II A Lombok Barat mengakui, jika perjalanan yang dilaluinya selama di Lapas memberinya kesempatan untuk bertransformasi. Dia menjadi salah satu sosok inspiratif di balik batik Gembok (generasi membatik Lombok). Yang menjadi produk unggulan di sana.

“Saya sudah empat tahun di sini (Lapas, Red) karena kasus narkoba. Awalnya, saya terpengaruh lingkungan kerja di sektor pariwisata yang identik dengan alkohol dan narkoba,” ungkap Wayan, saat ditemui di Lapas Lobar akhir pekan kemarin.

Setelah menerima vonis delapan tahun penjara, Wayan memanfaatkan waktu di Lapas untuk belajar membatik. Di mana ini merupakan buah keterampilan yang sebelumnya tidak dia kenal.

- Advertisement -

“Dulu, saya sering membuat tato di Gili Trawangan. Saat mulai membatik, saya belajar bahwa teknik melukis di kain membutuhkan kesabaran dan ketelitian. terutama saat mewarnai dan membuat gradasi. Kini, saya bisa menghasilkan karya berkualitas tinggi yang diminati pasar,” tuturnya.

Di mana Wayan dan warga binaan lainnya bisa mendapatkan premi 20 sampai 40 persen dari hasil penjualan batik tersebut. Pendapatan ini pun rencananya akan digunakan sebagai tabungan untuk modal usaha setelah mereka bebas nanti.

“Saya ingin membangun usaha batik di lingkungan tempat tinggal saya dan membahagiakan keluarga,” tegasnya.

Wayan berharap ilmu yang diperoleh ya selama di lembaga pemasyarakatan dapat memberikan manfaat setelah bebas nanti. “Saya ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa kami di Lapas juga bisa berkarya dan berubah. Semoga masyarakat dapat menerima kami dengan tangan terbuka,” harap dia.

Belajar dari perjalanan hidupnya, Wayan pun mengajak para generasi muda untuk memerangi narkotika. “Narkoba sangat merusak mental dan kehidupan kita. Saya berharap pengalaman saya bisa menjadi pelajaran untuk orang lain,” pesannya.

Sementara itu, Kepala Seksi Bimbingan Kerja Lapas Kelas II A Lobar, Murdahim menjelaskan bahwa program pembinaan membatik memiliki dampak positif yang besar. “Pak Wayan adalah contoh warga binaan yang antusias dan telaten. Ia tidak hanya belajar membatik, tetapi juga membantu rekan-rekannya untuk berubah dan menghasilkan karya yang bernilai tinggi,” terang Murdahim.

Batik tulis Gembok yang para napi ini hasilkan memiliki arti khusus, yaitu “Generasi Membatik Lombok”. Di mana program ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan warga binaan dan memberikan mereka peluang ekonomi. Bahkan untuk saat ini, terdapat lebih dari 100 motif batik yang telah dihasilkan. Termasuk motif tradisional Lombok dan motif sirkuit yang sangat diminati.

Pemasaran batik Gembok ini pun dilakukan melalui berbagai platform, seperti e-katalog, NTB Mall, pusat oleh-oleh, dan acara pemerintahan. Bahkan, batik ini telah menarik perhatian delegasi dari 16 negara yang berkunjung ke Lapas untuk melihat langsung proses pembuatannya. Dalam beberapa kesempatan, batik ini dipesan hingga 200 buah sekaligus.

“Satu batik tulis membutuhkan waktu pengerjaan sekitar tujuh hari. Harganya bervariasi, mulai dari Rp700 ribu untuk kain, hingga lebih dari Rp1 juta untuk baju jadi. Tergantung motif dan ukuran,” pungkas Murdahim. (yud)

- Advertisement -

Berita Populer