27.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaSosokHerman, Kuli Bata Asal Kuripan Wujudkan Mimpi Berangkat ke Tanah Suci dengan...

Herman, Kuli Bata Asal Kuripan Wujudkan Mimpi Berangkat ke Tanah Suci dengan Gigih Menabung

Lombok Barat (Inside Lombok) – Setelah kurang lebih 12 tahun menunggu, Herman, seorang kuli pembuat bata merah asal Kuripan, Lombok Barat (Lobar) kini mampu mewujudkan harapannya untuk berangkat ke Tanah Suci Makkah. Kegigihannya menabung penghasilan untuk mendaftar haji membuatnya bisa berangkat tahun ini bersamaan dengan ribuan jemaah lainnya yang berasal dari Lobar.

Meski mengaku sedih lantaran keberangkatannya sempat tertunda akibat pandemi Covid-19 lalu, kini Herman tiada hentinya mengucap syukur. Terutama karena masuk dalam kelompok prioritas yang akan diberangkatkan ke Tanah Suci tahun ini, di usianya yang sekitar 55 tahun.

Dirinya menuturkan, ketika hendak mendaftar haji pada tahun 2011 silam, ia dengan gigih menabung penghasilannya sebagai kuli bata. Bahkan berkat bantuan ketiga anaknya, Herman pun akhirnya bisa melunasi ongkos hajinya.

“Karena kita kan bukan pemiliknya, tapi kulinya (pabrik bata, Red). Makanya tidak bisa berbuat lebih. Kalaupun ada untung sedikit kita kita hanya bisa menabung Rp100 ribu dari penghasilan penjualan bos (pemilik pabrik),” tutur Herman belum lama ini.

Ia pun mulai menjalani profesinya sebagai kuli bata setelah menikah dengan sang istri. Kadang kala saat pembeli bata sepi, Herman juga mengais rizki dengan menjadi pengojek, guna memenuhi kebutuhan keluarganya. “Kalau dibilang cukup harus kita cukupkan, tapi alhamdulillah saya juga bisa menunaikan haji lewat batu bata ini,” ujarnya penuh syukur.

Kata dia, dalam setiap seribu bata yang berhasil diproduksi, dirinya diberi upah sekitar Rp500 ribu. Biasanya, ia mampu menghasilkan sekitar 5 ribu bata dalam waktu kurang dari sebulan. Semisal bata yang diproduksinya sepi pembeli, pemilik tempat memproduksi bata tempatnya bekerja tetap memberikan upah.

“Mau laku atau tidak tetap dibayar, tergantung pesanan bos juga. Kalau lagi banyak orderan kita bisa dapat Rp3 juta per bulan,” beber Herman.

Berkat kegigihannya itu, pada 2014 lalu, ia pun mampu mendaftarkan sang istri untuk dapat menunaikan ibadah haji juga bersama dengan dirinya. Namun karena aturan pemberangkatan berdasarkan nomor porsi, ia dan istrinya tak bisa berangkat menunaikan ibadah haji bersama-sama tahun ini.

“Saya sisihkan untuk daftarkan istri tahun 2014 itu, tapi karena keberangkatannya berdasarkan nomor porsi jadi tidak bisa, harus nunggu istri saya,” tutupnya. (yud)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer