Lombok Tengah (Inside Lombok) – Siti Kurniawati Putri sukses membangun usaha cemilan bakso goreng (basreng) pada usia yang terbilang sangat muda. Dengan keterbatasan modal dan minimnya dukungan orang tua, perempuan itu kini bisa meraih omzet hingga ratusan juta per bulan.
Putri, sapaan akrabnya, memulai bisnisnya sejak Januari 2022 lalu dengan modal seadanya. Ia mengaku membangun bisnis adalah hal yang ‘mudah-mudah gampang’. Apalagi dengan keterbatasan modal ditambah lagi dengan minimnya dukungan orang tua saat awal menjalankan usahanya.
“Saya memulai bisnis ini dengan modal tabungannya saya yang terkumpul sekitar Rp700 ribu saja, apalagi tidak didukung orang tua,” tutur Putri.
Ia menuturkan, pada saat awal membangun bisnis basreng itu tidak hanya dengan modal yang minim, bahkan kendala-kendala lain muncul karena masih menumpang di rumah orang tua sebagai lokasi untuk produksi. Ada juga pengalaman saat freezer sebagai tempat penyimpanan bahan baku belum lengkap, sementara bahan baku yang akan ditampung jumlahnya cukup banyak.
“Awalnya mengambil basreng di Surabaya. Namun karena pengiriman dengan jumlah banyak dan tidak ada tempat menampung akhirnya sekarang mengambil bahan baku di Mataram,” tuturnya.
Alumni Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram itu pun sempat goyah untuk meneruskan usahanya, lantaran sempat mendapat sindiran yang tidak mengenakkan dari orang tua karena terjun berbisnis.
“Awalnya orang tua seperti tidak mengizinkan untuk usaha. Ibu bilang ke saya, sarjana kok kerjanya begini,” cetusnya. Namun, anak kedua dari pasangan M. Sabit dan Siti Khadijah itu tidak menyerah untuk tetap membangun bisnisnya itu.
Alhasil, ketekunan dan keuletannya mampu mengantar Putri membuktikan kesuksesannya hingga sukses membantu perekonomian keluarga dengan menghasilkan pundi-pundi rupiah. “Alhamdulillah sekarang omzetnya sudah tembus Rp114 juta per bulan,” katanya sumringah.
Usaha yang ia bangun dengan merk “Sipngemil” itu pun diecer dengan harga cukup terjangkau. Untuk cemilan dengan kemasan plastik Rp10 ribu dan kemasan toples Rp 25 ribu.
Putri kini menjalankan bisnisnya dengan mempekerjakan 17 karyawan yang berasal dari tetangganya yang didominasi ibu-ibu di BTN Bonter, Kelurahan Tiwu Galih, Kecamatan Praya.
“Alhamdulillah sekarang saya bisa memberikan manfaat kepada mereka. Paling tidak hasilnya itu bisa membantu perekonomian keluarga mereka dan untuk jajan anaknya,” tutur Putri.
Dia menceritakan, sempat berhenti produksi karena merasa lelah. Namun, ibu-ibu yang menjadi timnya meminta agar kembali memproduksi basreng lantaran butuh mencari tambahan pemasukan. “Mereka saya gaji per hari Rp50 ribu. Lumayan untuk bantu kebutuhan biaya sekolah anak dan keperluan lainnya,” ujar Putri
Ia mengaku dalam membangun bisnisnya cemilan basrengnya itu ia terinspirasi dari dari media sosial seperti di TikTok. Sehingga dirinya belajar cara pembuatan basreng dari YouTube.
“Hanya sekali percobaan dan saya langsung suka rasanya. Kemudian saya coba promosikan lewat status WhatsApp dan alhamdulillah banyak peminatnya,” imbuh dia.
Berbekal dengan akun media sosial yang ia miliki, Putri mulai memasarkan produknya. Seiring dengan banyaknya peminat dan cita rasa basrengnya yang khas, tidak sedikit distributor yang memesan dan memasarkan produk basreng milik Putri hingga ke luar negeri.
“Sekarang lebih banyak dipromosikan distributor. Bahkan mereka mengirim jajan ini sampai ke Hongkong dan Singapura,” ujarnya. (fhr)