Lombok Timur (Inside Lombok) – Berbagai cara dilakukan masyarakat dalam memperkenalkan potensi desanya masing-masing, seperti yang dilakukan warga Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Lombok Timur. Di mana mereka menggelar Gawe Adat Inan Dowe untuk meningkatkan eksistensi kerajinan peninggalan nenek moyangnya.
Desa Loyok sendiri sebenarnya telah dikenal dengan desa pengrajin atau Desa Wisata Anyaman Bambu sejak puluhan tahun yang lalu. Namun, pasca peristiwa Bom Bali kerajinan tersebut mulai lesu lantaran market mereka yakni Pulau Bali dilanda musibah teror yang membuat sejumlah art shop banyak yang tutup bahkan sampai gulung tikar.
Anyaman bambu (Geben) yang dulunya diandalkan oleh warga Desa Loyok sebagai mata pencaharian, kini akibat peristiwa tersebut berganti menjadi pekerjaan sampingan saja dan beralih menjadi profesi petani. Hal itu kemudian coba dihidupkan lagi oleh masyarakat yang tergabung dalam Pemuda Pemerhati Budaya Desa Loyok (PPBDL) Loyok melalui gelaran Gawe Adat Inan Dowe.
Ketua Panitia Gawe Adat, Lalu Arya Karma mengatakan bahwa para pemuda merasa dengan potensi desanya yang dulu berjaya dan kini hampir mati lantaran penerus kearifan lokal itu sudah tidak ada.
Oleh sebab itu, sebagai generasi penerus ia ingin budaya itu tetap eksis di zaman gempuran teknologi dan memperkenalkannya kepada generasi selanjutnya melalui Gawe Adat. “Kami memiliki tanggung jawab sebagai generasi penerus warisan nenek moyang berupa anyaman bambu untuk terus dilestarikan, sehingga melalui gelaran Gawe Adat kami ingin mengangkat kembali potensi kami yang mulai lesu,” terangnya, Senin (22/07/2024).
Dijelaskannya, kalimat ‘Inan Dowe’ sendiri berasal dari istilah bahasa Sasak yang berarti ‘Kepunyaan Ibu’. Sehingga jika diistilahkan bahwa arti kalimat tersebut yakni bahwa anyaman bambu merupakan kepunyaan ibu atau nenek moyang orang Loyok yang di mana tentunya harus dilestarikan.
“Geben ini memang aslinya dari Loyok, sehingga untuk mempertegas asal kerajinan tersebut, maka dalam Gawe Adat kami akan tampilkan sepenuhnya proses pembuatannya serta menampilkan ratusan geben,” terangnya.
Melalui event Gawe Adat itu sendiri diharapkan mampu membangkitkan gairah dan semangat para pengrajin anyaman bambu di desa Loyok, terutama para generasi penerus yang saat ini tengah digempur habis-habisan oleh dunia digital, sehingga nantinya kerajinan tangan tersebut tak lekang oleh zaman dan akan terus terjaga keberadaannya.
Pelaksanaan Gawe Adat sendiri akan dimulai dari tanggal 24-25 Juli 2034 dengan menampilkan segala macam bentuk anyaman yang dibuat oleh warga, hingga ke depan melalui event tersebut dapat membangkitkan kembali roda perekonomian masyarakat. (den)