30.5 C
Mataram
Jumat, 17 Mei 2024
BerandaTradisi BudayaBetimpas, Tradisi Warga Penujak untuk Cegah Datangnya Penyakit

Betimpas, Tradisi Warga Penujak untuk Cegah Datangnya Penyakit

Lombok Tengah (Inside Lombok) – Masyarakat Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) punya berbagai budaya dan tradisi yang tetap dijaga dan dilestarikan hingga kini. Terutama budaya dan tradisi yang dipercaya bisa mendatangkan kebaikan. Salah satunya adalah tradisi “betimpas” yang yang dilakukan warga di Dusun Selanglet, Desa Penujak, Praya Barat.

Betimpas dalam Bahasa Sasak berarti menyucikan diri, utamanya agar terhindar dari berbagai macam penyakit. Tradisi betimpas dilakukan setiap bulan ketujuh dalam penanggalan kalender Sasak. Prosesi ini pun dilakukan di rumah salah satu tokoh adat di desa setempat.

“Karena pada bulan tujuh kalender Sasak itu sebanyak 144 penyakit turun (muncul). Sehingga warga warga melakukan ritual sebagai tameng dari berbagai penyakit seperti cacar,” kata Kepala Dusun Selanglet, Misbah saat kegiatan berlangsung belum lama ini.

Konon, betimpas sudah dilakukan beberapa tahun setelah meletusnya Gunung Samalas di Pulau Lombok pada 1257 Masehi. Saat itu, kata Misbah, seluruh Pulau Lombok terkena wabah penyakit cacar, kecuali warga di Desa Penujak.

- Advertisement -

Sebagai bentuk rasa syukur, para leluhur saat itu mengadakan betimpas yang masih dilestarikan hingga saat ini. Tradisi betimpas sendiri diawali dengan kegiatan “sembek” gubuk (dusun), yakni menorehkan tanda merah yang diracik dari daun sirih kening warga.

Kegiatan sembek gubuk dilakukan sehari sebelumnya pada saat menjelang waktu magrib atau sebelum matahari terbenam. “Kemudian besoknya warga akan datang ke lokasi betimpas dengan membawa dulang (nampan) yang berisi hidangan yang dikumpulkan sebelum acara dimulai,” imbuhnya.

Setelah itu, warga kemudian dikucuri air oleh tokoh adat setempat. Air yang dikucurkan itu ditempatkan di ember dan bak yang sebelumnya sudah dicampuri dengan 44 jenis akar tanaman serta daun yang berkhasiat sebagai obat cacar atau penyakit.

“Rangkaian acaranya adalah mandi untuk menghindari penyakit. Setelah mandi, kemudian sembek lagi. Setelah itu makan bersama menggunakan makanan yang dibawa masing-masing warga untuk memperkuat persaudaraan,” jelasnya. (fhr)

- Advertisement -

Berita Populer