Mataram (Inside Lombok) – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat siap membuka secara bertahap empat destinasi wisata dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai tatanan normal baru.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Mohammad Faozal menyampaikan kesiapan beberapa titik destinasi wisata yang dibuka secara bertahap dengan beberapa penyesuaian di tengah pandemi COVID-19.
“Ada empat destinasi yang siap dibuka, seperti disampaikan Ibu Wagub berhati-hati membuka objek wisata, yang utama adalah penerapan protokol kesehatan. Artinya, pembukaan destinasi bersamaan dengan penerapan protokol kesehatan,” katanya saat mengikuti rapat secara virtual yang diselenggarakan Asita dan diikuti Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah di Mataram, NTB, Rabu.
Faozal menyebutkan empat destinasi yang secara bertahap dibuka tersebut adalah tiga gili (Trawangan, Meno dan Air) di Kabupaten Lombok Utara dan kawasan Gunung Rinjani yang masuk dalam tiga wilayah, yakni Lombok Timur, Lombok Utara, dan Lombok Tengah.
Selanjutnya, Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah dan Senggigi di Kabupaten Lombok Barat.
“Keempat destinasi tersebut memiliki penyesuaian-penyesuaian untuk menghindari penyebaran COVID-19. Penyesuaian yang dilakukan antara lain tidak dibukanya kolam renang, tidak diizinkannya pesta dan hal lainnya yang menimbulkan keramaian,” ujarnya.
Untuk sasaran wisatawan, Faozal mengatakan bahwa saat ini NTB fokus untuk kunjungan wisatawan domestik mengingat banyak negara belum membuka penerbangannya.
“Kita tidak bicara mancanegara untuk saat ini, saat ini domestik adalah pasar yang akan kami coba,” ucapnya.
Faozal menegaskan dua jalur masuk dari luar NTB yakni Bandara Internasional Lombok dan Pelabuhan Lembar disiapkan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Selain itu, kendaraan angkutan yang beroperasi juga diimbau untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan pengawasan dari pemerintah.
Untuk destinasi pertama yang dibuka yaitu tiga gili, namun Faozal mengatakan bahwa hanya ada satu pintu masuk menuju tiga gili tersebut.
Tentunya, pintu masuk tersebut dijaga dengan ketat oleh petugas gabungan yang akan memastikan wisatawan yang akan ke tiga gili dalam keadaan bebas COVID-19.
“Kita hanya izinkan satu pintu masuk yaitu bangsal, untuk keluar masuknya orang atau barang, di situ kita siapkan tim, untuk mengecek wisatawan. Kita punya satu pos yang terdiri atas petugas KKP, imigrasi, kesehatan dan lainnya,” terang Faozal.
Ia menambahkan di masing-masing gili, baik Trawangan, Meno, dan Air sudah disiapkan klinik untuk wisatawan yang membutuhkan layanan kesehatan.
“Kami berharap wisatawan domestik dapat memenuhi obyek wisata di NTB agar provinsi yang dikenal indah ini dapat kembali normal,” katanya.
Sementara itu, Wagub Rohmi mengatakan wabah COVID-19 mengubah beberapa tatanan kehidupan dunia, khususnya di bidang kebersihan dan kesehatan.
“Pandemi ini mengajarkan untuk benar-benar bisa menghargai dan menempatkan kesehatan pada prioritas pertama dalam hidup kita, mungkin selama ini kita abai terhadap kesehatan,” ujarnya.
Wagub mengatakan mayoritas masyarakat sudah mulai sadar bahwa dengan kesehatan lah bisa bekerja, beribadah, serta mengisi hidup dengan lebih produktif.
Bahkan, pandemi ini juga memaksa dunia dan daerah pada khususnya untuk memulai hidup dengan cara yang berbeda dari sebelumnya, yakni kenormalan baru.
Untuk mendukung normal baru harus benar-benar menerapkan protokol kesehatan dengan baik.
Walaupun masih banyak orang yang belum sadar akan pentingnya protokol kesehatan padahal untuk menerapkan itu tidak memakan banyak biaya, ujarnya.
“Yang dibutuhkan hanya pakai masker, jaga jarak tidak butuh biaya, apa lagi cuci tangan yang biasa kita lakukan sehari-hari, kenapa sulit? Karena berhubungan dengan mindset, kita tidak bisa melakukan dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan,” ungkapnya.
Wagub menegaskan NTB sudah mulai membangkitkan kembali perekonomian dengan terus-menerus mencari jalan bersama dengan Forkopimda dan ahli-ahli ekonomi di NTB.
Khusus di bidang pariwisata, tentunya dengan cara yang berbeda. Beberapa objek wisata dibenahi terlebih dahulu sebelum dibuka kembali. Pembenahan tersebut dilakukan agar objek wisata tidak menjadi sumber penularan COVID-19.
“Untuk obyek wisata, kita harus benar-benar memilih, jangan sampai kita gegabah membuka obyek wisata, jangan sampai ada klaster obyek wisata,” tegas Rohmi.
Salah satu contoh adalah tiga gili yang telah dipersiapkan sebelum dibuka kembali seperti memperketat pintu masuk dengan melibatkan semua unsur, dari petugas keamanan hingga petugas kesehatan, untuk memastikan keamanan dan kesehatan wisatawan.
“Kita berharap masyarakat dapat dengan cepat memahami pentingnya protokol kesehatan agar seluruh aktivitas dapat kembali berjalan dengan lancar,” katanya. (Ant)