Lombok Tengah (Inside Lombok) – Sejumlah pelaku usaha mengeluhkan keberadaan ratusan pedagang asongan di Mandalika. Pasalnya, para pedagang asongan itu seringkali memaksa pengunjung membeli barang dagangan seperti kain tenun, kaos, sarung hingga gelang.
Selain orang dewasa, banyak yang menjadi pedagang asongan itu adalah anak-anak. Karenanya, Recharge Mandalika Lombok Bar & Restaurant selaku salah satu pelaku usaha di Mandalika mengeluhkan sikap pedagang asongan tersebut.
Sales manager & Operational Recharge Mandalika, Lalu Putra Wijaya mengatakan kendala restoran di Mandalika hampir sama, yaitu keberadaan penjual asongan yang tidak ditertibkan oleh ITDC hingga detik ini sebagai pengelola kawasan. Menurutnya, keberadaan pedagang asongan menjadi kendala utama karena selalu dikeluhkan tamu yang berkunjung makan ke Recharge Mandalika Lombok.
“Yang paling krusial itu memang pedagang. Sangat berpengaruh karena komentar dari tamu baik domestik maupun internasional itu pasti ada. Karena kita sudah membuktikan dari ulasan-ulasan termasuk ulasan di Recharge di media sosial dan Google,” ujarnya, Kamis (26/12).
“Ketika tamu belum datang, belum makan, belum selesai makan sudah dihampiri. Mereka dipaksa untuk membeli penjual-penjual asongan. Mudah-mudahan ada solusi baik dari pemerintah maupun teman-teman ITDC,” imbuhnya.
Ditegaskan, pihaknya sama sekali tidak mempersoalkan pedagang asongan untuk mencari nafkah di Pantai Kuta. Kendati, yang terpenting adalah pedagang harus tahu adab dan tata cara beretika yang baik kepada tamu yang datang. Lalu Putra kemudian mencontohkan bagaimana pedagang asongan melakukan pemaksaan kepada pengunjung sampai mereka mendapatkan keinginan mereka.
Menurut Putra, saat satu pedagang asongan dibeli, kemudian selanjutnya pedagang asongan lainnya ikut menyerbu. Mereka kemudian selanjutnya terus memepet wisatawan tersebut hingga membuat wisatawan tersebut beranjak pergi karena risih.
Mereka bahkan kadang membuntutinya sampai wisatawan tersebut naik ke mobil pindah ke tempat lain untuk menghindari pedagang. “Pedagang asongan benar-benar jadi kendala utama. Karena satu yang dipanggil (dibeli) semuanya merapat. Baik itu pedagang kain, pedagang gelang. Dan caranya kadang mereka maksa,” katanya.
Baginya, hal tersebut membuat pengunjung menilai attitude dari pedagang agak kurang sehingga dapat membuat citra pariwisata di Mandalika menjadi buruk. Lalu Putra mengaku seluruh restoran terutama Recharge Mandalika sangat terdampak dengan keberadaan pedagang asongan terutama karena berada langsung direct view tepat di pinggir Pantai Kuta Mandalika.
Pihaknya mengharapkan agar ITDC punya solusi untuk menyelesaikan permasalahan pedagang asongan karena Mandalika langkah demi langkah sudah mulai maju tamu dari domestik maupun internasional. Diketahui hingga saat ini dari ITDC belum ada tindakan. “Kami juga mengharapkan agar diprioritaskan kebersihan. Tapi Alhamdulillah sejauh ini Kuta Mandalika ada peningkatan untuk kebersihan,” tandasnya.
Sebagai informasi, Recharge Resto Lombok bakal menyediakan promo buffet all you can eat barbeque untuk merayakan Nataru pada tanggal 24 Desember 2024 – 1 Januari 2025. Nantinya terdapat 15-20 menu yang akan dikeluarkan dengan penampilan dari live music dan DJ Performance dengan harga Rp200 ribu per orang nett.
Menu yang disediakan antara lain Garden Salad, Italian Dressing, Thousand Island, Crouton, Tom Yam Chicken Soup, Sauted Broccoli Mushroom, Butter Rice, Garlic Potato. Live Barbeque Stall yang dihadirkan yaitu Prawn Skewer, Corn On The Cob, Seafood Skewer, Ayam Taliwang dengan dessert Slice Fruit dan Puding. Sementara pada puncak malam tahun baru, Recharge Resto mengambil konsep pool party dengan tambahan performance berupa game dan pesta kembang api.
Promo tahun baru terdapat barbeque buffet all you can eat dengan harga Rp 200 ribu per orang nett. Namun recharge resto akan menggratiskan untuk pengunjung yang beli 3 gratis 1 untuk paket barbeque dinner. “Sekarang menu yang spesial di Recharge Resto itu kita mengedepankan ayam taliwang, bebek goreng cabe ijo, ayam goreng cabe ijo, dan tongseng ayam. Jadi lebih ke makanan nusantara yang kita tonjolkan,” jelas Andri. (fhr)