Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Nusa Tenggara Barat (NTB) memperkirakan total perputaran uang dari jagung mencapai Rp9,1 triliun dengan asumsi produksi petani mencapai 2,6 juta ton dan harga rata-rata Rp3.500 per kilogram dalam bentuk pipilan kering.
“Itu uang yang bisa berputar di pedesaan. Meskipun sekarang sedang mewabah COVID-19, wabah tersebut tidak begitu berdampak, dibuktikan dengan panen raya jagung yang sedang berlangsung,” kata Kepala Distanbun NTB H Husnul Fauzi, di Mataram, Senin.
Ia menyebutkan para petani jagung di lima kabupaten/kota Pulau Sumbawa sudah melakukan panen sejak Maret 2020. Ada juga penanaman jagung di Pulau Lombok, seperti di Kabupaten Lombok Timur.
Luas lahan panen jagung di NTB musim tanam 2020 sekitar 345.000 hektare dengan perkiraan produktivitas mencapai 7,2 ton per hektare.
Hasil pemantauan para penyuluh pertanian lapangan, kata Husnul, para petani mendapatkan harga jagung pipilan dari pengepul rata-rata Rp3.400-Rp3.500 per kilogram. Harga tersebut di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp2.500 per kilogram dengan kadar air 25-30 persen.
“Harga jagung pipilan kering di tingkat petani memang mengalami penurunan dari sebelumnya sebesar Rp4.600 hingga Rp4.800 per kilogram. Harga tersebut berlaku sebelum musim panen raya,” ujarnya.
Menurut dia, tidak adanya pengaruh wabah COVID-19 terhadap pembelian jagung produksi petani karena pabrik pakan tetap membutuhkan pasokan bahan baku. Apalagi tidak ada impor untuk sementara waktu.
“Distribusi dan tata niaga jagung tetap berjalan karena pemerintah tidak menutup aktivitas untuk pemenuhan kebutuhan pangan manusia dan pakan hewan selama masa tanggap darurat COVID-19,” kata Husnul. (Ant)