Lombok Timur (Inside Lombok) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Timur (Lotim) menetapkan 15 kecamatan menjadi tanggap darurat kekeringan. Mengatasi hal tersebut, BPBD Lotim usulkan penambahan anggaran sebesar Rp1,9 miliar.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Lombok Timur, Iwan Setiawan mengatakan, kekeringan di Lotim sebelumnya ditetapkan hanya 14 kecamatan. Namun sampai saat ini bertambah menjadi 15 kecamatan ditetapkan menjadi tanggap darurat kekeringan.
“Kekeringan yang paling parah berada di Kecamatan Jerowaru, Keruak, Suela, dan Sambelia,” ucapnya, di Selong (18/09).
Dari empat kecamatan tersebut, terdapat 28 desa yang paling parah terdampak kekeringan. Tercatat 199 ribu jiwa yang terdampak musibah kekeringan tahun ini dan sangat membutuhkan air bersih sebagai air konsumsi
“Sejak bulan Agustus lalu, kita sudah distribusikan 40 ribu liter air bersih per hari ke daerah tanggap darurat kekeringan, hanya saja kita lebih memprioritaskan bantuan tersebut kepada empat kecamatan yang kondisinya paling parah,” katanya.
Untuk mempercepat pendistribusian di wilayah tersebut, BPBD menyiagakan mobil tangki di masing-masing wilayah tersebut. Adapun 11 desa yang terdampak kekeringan paling parah, BPBD telah menyiagakan enam unit mobil tangki air bersih yang siaga menyuplai air bersih.
“Jumlah wilayah yang semakin bertambah, otomatis berdampak juga pada pembiayaan pendistribusian air bersih. Untuk itu, kita mengusulkan penambahan anggaran sebesar Rp1.9 M dari dana tidak terduga untuk mengatasi kekeringan”tuturnya.
Iwan menjelaskan, jika mengacu pada Word Helath Organizer (WHO) tentang kebutuhan air bersih. Maka pihak BPBD harus menyiapkan 60 liter perhari untuk satu jiwa. Sedangkan jumlah jiwa yang terdampak mencapai 200 ribu jiwa, sehingga membutuhkan 12 juta liter perhari untuk penyaluran air bersih.
“sementara saat ini kita hanya mampu mengerahkan 11 armada saja. Hal ini yang menjadi kendala kita dalam menyalurkan air bersih ke masing-masing wilayah terdampak,” tutupnya.