Mataram (Inside Lombok) – Tempo Institute menggandeng Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Mataram menyelenggarakan workshop bagi puluhan jurnalis di NTB untuk penguatan kapasitas peliputan investigasi isu-isu penting di daerah dan nasional. Kegiatan berlangsung di Hotel Puri Indah, Mataram, Sabtu- Minggu (27-28/04/2019).
Hadir sebagai mentor, Koordinator Program Investigasi Bersama Tempo (IBT), Ramidi, dan Redaktur Pelaksana Desk Investigasi Tempo, Bagja Hidayat.
Pada pemaparannya kepada puluhan jurnalis yang menjadi peserta, Ramidi menjelaskan tantangan berat menjadi wartawan investigasi adalah dibutuhkannya waktu berbulan bulan, bahkan tahunan, untuk menghasilkan karya jurnalistik yang layak investigasi. Sebab yang dicari adalah aktor utama hingga jaringan di balik konspirasi pada isu-isu yang diangkat.
“Memang salah satu tantangannya adalah waktu. Kebanyakan jurnalis kita terjebak di liputan harian, sehingga akan sulit menggerjakan liputan yang detail. Untuk itu, butuh fokus. Caranya, ajukan cuti kepada perusahaan,” ujar Ramidi.
Kendala lain adalah soal ruang publikasi di media masing-masing. Berpeluang resistensi antara objek yang diliput dengan perusahaan media di daerah. Itulah menurut Ramidi yang menjadi dasar digagasnya program IBT. Karena itu materi investigasi yang diperoleh dapat dipublikasikan di Tempo atau dipublikasi secara bersamaan di media masing masing.
“Tentu karya jurnalistik teman-teman yang terbit dalam bentuk investigasi, apalagi terbit di Tempo, menjadi value (nilai, Red) tersendiri bagi kapasitas teman-teman,” ujarnya.
Selain itu, Ramidi memberi gambaran tema yang biasa diangkat dalam materi investigasi seperti isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) atau human trafficking, isu tindak pidana korupsi, isu pelanggaran Sumber Daya Alam (SDA) dan terkait kriminalitas.
“Sepanjang magnitude (dampak) luas, kemudian terjadi konspirasi di dalamnya melibatkan orang-orang yang punya kewenangan, maka itu salah satu syarat terpenuhinya laporan investigasi,” tegas Ramidi.
Program IBT sendiri merupakan kerja kolaboratif yang selama ini sudah banyak membuahkan hasil. Salah satunya disebut Ramidi adalah investigasi soal pembuangan limbah di Markas TNI di Surabaya. Program ini dibiayai sepenuhnya oleh Tempo Institute. Peserta IBT dipersilahkan mengajukan proposal liputan sampai batas 25 Juli mendatang, yang akan diuji oleh tim Tempo Institute untuk diberikan penilaian.
“Proposal liputan yang disetujui, akan diberikan pembiayaan sepenuhnya oleh Tempo, termasuk biaya hidup, karena status jurnalisnya cuti dari perusahaan,” ujar Ramidi.
Isu tentang lingkungan hidup, konflik agraria dan TPPO disebut sebagai isu yang sangat dekat dengan tema liputan wartawan di NTB. Guna memperdalam isu, hadir memberikan materi tentang modus dan jaringan yang terlibat, Muhammad Shaleh selaku Direktur Bantuan Hukum Buruh Migran (BHBM) NTB mengangkat tema modus TPPO pada pengiriman TKI, Ramli Ernanda sebagai Sekjen Forum Transparansi Anggaran (Fitra) menjelaskan materi modus permainan anggaran pada pengelolaan sumber daya perikanan, Widodo Dwi Putro Dosen Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram) menjelaskan modus mafia pada konflik agraria.
Presentasi narasumber sendiri menjadi salah satu gambaran bagi peserta untuk menyusun Term Of Referecen (TOR) untuk materi liputan investigasi.