Lombok Barat (Inside Lombok) – Lombok cukup dikenal di seluruh daerah karena tempat wisatanya yang tidak kalah dengan Bali. Bahkan Lombok dikenal sebagai pulau seribu masjid karena mayoritas masyarakatnya muslim yang beberapa tahun lalu memantapkan diri sebagai destinasi wisata halal dunia.
Berbagai penunjang destinasi wisata halal pun bermunculan. Salah satunya di Desa Mekarsari, Narmada, Lombok Barat. Salah satu desa wisata tersebut mengembangkan wisata Tri Sunah, merujuk pada tiga amalan sunah yang dianjurkan Rasulullah SAW seperti panahan, berenang dan berkuda.
Bagi masyarakat yang ingin berkunjung untuk menikmati wisata Tri Sunah serta mencoba spot swafoto balon udara ala Cappadocia, tidak perlu jauh-jauh datang ke Turki. Di Desa Mekarsari sudah ada menyediakan, Lokasinya tidak jauh dari Kota Mataram sekitar 9,9 kilometer dengan waktu tempuh 25 menit.
Pengunjung juga dapat berjalan dari arah Jalan Pejanggik Mataram menuju perempatan pertokoan Sweta ke arah selatan, sampai perempatan Desa Bengkel Kecamatan Labuapi Lombok Barat ke arah kiri dengan jarak sekitar 2 kilometer. Desa wisata Mekarsari terletak di belakang Puskesmas Narmada Lombok Barat.
Kepala Desa Mekarsari, Sapinah mengatakan pemerintah desa telah merencanakan pengembangan wisata Tri Sunah tersebut. Sejak dibangun pada akhir 2019 dan mulai beroperasi Juli 202, berbagai spot swafoto yang ditawarkan di Mekarsari menjadi daya tarik pengunjung.
“Dari tiga direncanakan baru terbangun dua; wisata panahan dan berenang. Sedangkan wisata berkuda nanti akan dikembangkan bersama masyarakat sekitar yang punya lahan,” tutur Sapinah, Senin (31/1).
Untuk wisata berkuda sendiri memang membutuhkan lahan yang luas, karena lahan milik Pemerintah Daerah terbatas hanya 45 are. Area tersebut saat ini sudah digunakan untuk pembangunan taman, lapak pedagang kaki lima (PKL), aula, tempat panahan dan spot balon udara.
“Kalau kolam renang dibangun sama masyarakat sendiri. Untuk pengembangan wisata Tri Sunah ini rencananya di lahan 3 hektare,” ujarnya.
Pengembangan wisata di Desa Mekarsari sendiri dilakukan bersama-sama masyarakat. Dengan membangun destinasi wisata di wilayah tersebut, diakui Sapinah telah memberikan dampak pada perekonomian masyarakat sekitar. Selama ini mereka hanya fokus pada sektor pertanian saja, padahal ada potensi lain yang bisa digarap.
“Dengan dia melihat pengunjung yang ramai, setiap hari 1.500 orang pengunjung datang, warga menjadi tertarik mengembangkan desa wisata. Karena dia langsung lihat realitanya,” ungkapnya.
Sebelumnya lahan milik Pemda seluas 45 are ini hanya disewa satu orang untuk lahan pertanian. Tetapi kini sudah dimanfaatkan untuk membangun destinasi wisata. Dengan pembangunan tersebut justru banyak masyarakat dapat diserap menjadi tenaga kerja. Artinya mampu mengurangi angka pengangguran di sekitar Desa Mekarsari.
“Masyarakat terserap sebanyak 50 orang. Mulai dari petugas parkir, petugas taman, penjaga kolam dan PKL (Pedagang Kaki Lima), ini juga berdampak sama penerimaan asli desa (PADes),” tandasnya. (dpi)