Mataram (Inside lombok) – Setelah melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada 1 April sampai dengan 8 April 2019, nilai rata-rata UNBK Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah 44.02. Nilai itu didapat dari nilai rata-rata 51.073 orang siswa SMA/MA yang mengikuti UNBK.
Dari nilai rata-rata yang terbilang rendah itu, penyumbang nilai tertinggi diduduki oleh SMAN 1 Mataram (Smansa), dengan total 18 siswa yang mendapatkan nilai sempurna 100.
“Peringkat UN di Smansa Mataram 2018/2019, semua pelajaran yang di UN-kan nilai tertingginya adalah nilai sempurna 100,” ujar Kepala Sekolah Smansa, Muhammad Jauhari, Jumat (10/05/2019).
Di Smansa sendiri ada 6 orang siswa yang mendapat nilai sempurna untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 2 orang siswa untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, 5 orang siswa untuk mata pelajaran Matematika, dan untuk mata pelajaran pilihan adalah Fisika 3 orang siswa dan Kimia 2 orang siswa.
Diakuih Jauhari, sebagai sekolah yang menjadi rujukan selama empat (4) tahun terakhir, Smansa berusaha teguh pada komitmennya untuk terus meningkatkan mutu. Baik dari segi mutu kurikuler (akademik), kokurikuler, maupun ekstrakurikuler.
“Khusus untuk menghadapi UNBK, USBN, Smansa Mataram memulainya dengan mengefektifkan PBM (proses belajar mengajar, Red) walau tahun 2018 kita tahu bersama NTB di guncang Gempa,” ujar Jauhari menerangkan apa yang dimaksudnya dengan menjamin mutu tersebut.
Jauhari menyebutkan bahwa Smansa menerapkan penambahan jam belajar bagi siswa kelas XII (12) dan tambahan jam pengayaan yang sudah mulai dilaksanakan sejak semester ganjil. Selain itu, yang paling penting menurut Jauhari adalah pendampingan siswa kelas XII oleh guru Bimbingan Konseling (BK) secara aktif.
“Kami juga bersurat ke orangtua siswa tentang pentingnya memantau anak-anaknya belajar,” ujar Jauhari.
Menurut Jauhari membangun hubungan antara sekolah dan orangtua siswa melalui Guru BK adalah hal yang penting. Terlebih ketika Guru BK dan Siswa sama-sama aktif melakukan kegiatan konseling guna memecah dan mencari jalan keluar dari masalah yang dialami selama di sekolah.
“Guru BK (di Smansa, Red) siapkan waktu 3 sampai 4 jam pelajaran tiap hari untuk melayani siswanya. Baik dalam hal cara belajar, cara memilih jurusan di PT (Perguruan Tinggi) maupun masalah belajarnya di rumah,” ujar Jauhari.
Hal tersebut merupakan langkah yang ditempuh untuk mencegah atau mengantisipasi munculnya masalah bagi siswa saat sedang menjalani proses belajar mengajar. Dengan peran aktif dari semua pihak, Jauhari mengharapkan siswa-siswanya untuk terus mendapatkan sarana dan prsarana belajar yang bisa memaksimalkan potensi mereka.
“Bila muncul sesuatu yang perlu di kompromikan dengan orangtua, maka BK akan mengundang dan/atau berkunjung ke rumah siswa yang bersangkutan,” pungkas Jauhari.