Mataram (Inside Lombok) – Para tokoh ulama mengajak warga Nusa Tenggara Barat untuk mengendalikan konsumsi dan memperbanyak sedekah pada Ramadhan sebagai salah satu cara mencegah terjadinya kenaikan harga berbagai jenis kebutuhan pokok.
Ajakan tersebut disampaikan pada acara silaturahmi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) NTB bersama sejumlah tokoh ulama di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB, di Mataram, Kamis.
Dalam tausiahnya, Pimpinan Pondok Pesantren Qamarul Huda Bagu, Kabupaten Lombok Tengah, TGH Turmudzi Badaruddin, mengajak warga NTB untuk menjadikan Ramadhan sebagai bulan muhasabah diri, meningkatkan ibadah dan bersyukur atas karunia yang dilimpahkan Allah SWT.
“Muhasabah dengan banyak beristighfar dan meminta ampunan dari Allah SWT pada bulan yang penuh berkah ini. Tingkatkan ibadah dengan mengerjakan semua kebajikan dan sunnah pada bulan penuh rahmat ini. Bersyukur atas rezeki dengan mencintai dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan, fakir, miskin dan asnaf yang berhak,” kata TGH Turmudzi Badaruddin.
Tokoh ulama lainnya, TGH Muharrar Mahfudz, juga mengatakan tuntunan Islam sangat lah universal, termasuk mengatur tentang tata cara berkehidupan.
Saat orang bersikap ekonomis, maka dia telah memenuhi setengah dari kehidupannya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW sangat jauh kehidupannya dari kesan glamor. Bukan anti dunia, namun membelanjakan harta di bawah kemampuan riil yang dimiliki.
“Hidup yang ekonomis memperhitungkan berbagai kebutuhan mendasar. Islam mengajarkan tidak hanya kebutuhan keluarga saja, melainkan juga tetangga. Tradisi khas di NTB sebaiknya memperhatikan unsur sedekah kepada masyarakat yang kurang mampu,” ucap TGH Muharrar Mahfudz.
Prof Hj Rodliah SH, M.Hum menambahkan sedekah di bulan Ramadhan sangat banyak hikmah dan dilipatgandakan pahalanya.
Menurut dia, makna Ramadhan harus diresapi dan mengingatkan semua umat muslim bahwa masih banyak orang yang berada dalam kondisi kesulitan ekonomi.
“Perlunya memanajemen emosi untuk memilih dan memilah mana yang menjadi kebutuhan kita. Kondisi lapar cenderung membuat orang membeli berlebihan dari yang dibutuhkan. Sedekah adalah alat pertahanan diri untuk harta yang mubazir,” katanya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achris Sarwani, mengatakan meningkatnya kebutuhan saat Ramadhan, menjadi siklus rutin yang terjadi setiap tahunnya.
Hal tersebut cenderung diiringi dengan kenaikan harga, sehingga pengendalian konsumsi agar tidak menjadi berlebihan penting untuk dilakukan dalam pengendalian inflasi daerah.
“Semoga ikhtiar kita bersama dalam mengendalikan konsumsi selama Ramadhan dan memperbanyak sedekah menjadi berkah bagi kita semua,” ucap Achris. (Ant)