BMKG Stasiun Klimatologi NTB mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis di NTB. Dengan kondisi saat ini, Kabupaten Bima yaitu di wilayah Kecamatan Woha masuk level AWAS. Kemudian level WASPADA terdapat di Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur, Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa, dan Kecamatan Lambu dan Sape Kabupaten Bima.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB, Nindya Kirana & Dewo Sulistio Adi Wibowo menyebut memasuki akhir periode musim kemarau 2022 dan masa peralihan musim kemarau ke musim hujan, masyarakat perlu mewaspadai adanya potensi hujan dan cuaca ekstrem yang bisa terjadi secara tiba-tiba dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. “Masyarakat juga diimbau untuk dapat mengantisipasi terjadinya potensi kekeringan dengan membuat tampungan air terutama pada wilayah yang rentan akan bencana kekeringan,” ujarnya.
Diterangkan, secara umum peluang curah hujan pada dasarian II September 2022 dengan intensitas <20 mm/dasarian terjadi di hampir seluruh wilayah NTB dengan probabilitas 70 – >90 persen.
Curah hujan di wilayah NTB pada dasarian I September 2022 didominasi kategori rendah (<50 mm/das) hingga (menengah 51 -150 mm/das). Terdapat sebagian kecil wilayah yang curah hujannya dalam kategori tinggi (151 – 200 mm/das). “Curah Hujan tertinggi tercatat terjadi di Pos Hujan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat sebesar 178.5 mm/dasarian. Sifat hujan pada dasarian I September 2022 di wilayah NTB didominasi Atas Normal (AN),” jelasnya.
Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut-turut (HTH) di NTB berada pada kategori Sangat Pendek (1 – 5 hari) hingga Extrem Panjang (>60 hari). HTH dengan kategori Ekstrem Panjang terpantau terjadi di Kecamatan Woha, Kabupaten Bima sepanjang 105 Hari.
Selain itu, pdate Kondisi Dinamika Atmosfer terakhir menunjukkan Indeks ENSO berada pada kondisi La Nina Lemah (indeks ENSO : -0.99). BMKG memprakirakan kondisi La Nina Lemah berpotensi terus berlangsung hingga akhir tahun 2022. Indeks IOD pada dasarian terakhir menunjukkan kondisi IOD Negatif (-0.90), diperkirakan kondisi IOD Negatif berpotensi terus terjadi hingga akhir tahun 2022.
Aliran massa udara di wilayah Indonesia didominasi oleh angin timuran kecuali wilayah Sumatera bagian utara hingga tengah. Terdapat pertemuan dan belokan angin di wilayah Bengkulu dan perairan Laut Natuna Utara. Hingga September 2022 Angin Timuran diperkirakan akan tetap aktif dan pada bulan Oktober – November angin baratan akan mulai mendominasi wilayah barat dan tengah Indonesia.
Pergerakan MJO saat ini terpantau tidak aktif di wilayah Indonesia dan diperkirakan tidak aktif hingga pertengahan September 2022. Prediksi anomali OLR secara spasial menunjukkan potensi pertumbuhan awan di sebagian besar wilayah Indonesia hingga pertengahan September 2022. Rata-rata anomali Suhu Muka Laut sekitar wilayah NTB saat ini berada pada kategori hangat dan diperkirakan kondisi hangat ini akan mendominasi seluruh wilayah perairan Indonesia hingga November 2022. (r)