Lombok Tengah (Inside Lombok) – Nelayan di Lombok Tengah (Loteng) disebut masih kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) untuk kebutuhan melaut sehari-hari. Pasalnya, untuk pembeliannya harus menggunakan rekomendasi pemda.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), Muhamad Kamrin menyebut masalah yang dialami para nelayan saat ini tidak hanya kenaikan harga BBM saja. Namun karena terjadi kelangkaan karena semua dibatasi.
“Ada BBM di pengecer, tapi kurang, karena membeli di SPBU juga dibatasi, dan SPBU juga tidak berani memberikan dalam jumlah banyak nanti dikira ada penimbunan,” katanya, Rabu (15/9/2022).
Namun dia memastikan bahwa tidak ada nelayan yang melakukan penimbunan BBM, bahkan para nelayan sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Kalau nelayan ini untuk membeli kebutuhan sehari-hari saja sudah cukup, artinya dari sisi kemampuan mereka membeli saja kurang. Apalagi mau nimbun,” tegasnya.
Dikatakan Kamrin, sebelum terjadi kenaikan harga BBM para nelayan bisa membeli di pedagang eceran di konsentrasi nelayan seperti di Selong Belanak, Mekar Sari, Kuta dan lainnya. Namun para pengecer juga sulit karena pembelian dibatasi oleh SPBU.
“Karen membeli BBM di SPBU kan dibatasi,” ujarnya. Menurutnya hal itu merupakan langkah pemerintah untuk memastikan penyaluran BBM bersubsidi tepat sasaran.
Kamrin menjelaskan, saat ini persoalan para nelayan bukan saja pada kenaikan harga BBM. Namun bagaimana para nelayan bisa dengan mudah memperoleh BBM sebagai kebutuhan sehari-hari.
“Persoalannya adalah bagaimana para nelayan bisa dengan mudah memperoleh BBM untuk kebutuhan sehari-hari saja,” ujarnya.
Pihaknya bisa melayani permintaan rekomendasi untuk pembelian BBM, harus memenuhi persyaratan diantaranya terdaftar sebagai nelayan pada Aplikasi Kusuka dan jumlah kapasitas pembelian untuk kapal nelayan. (fhr)