Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB bantah sektor pertanian, perkebunan menyumbang angka kemiskinan ekstrem di NTB. Bahkan sebaliknya, kondisi petani disebutnya baik-baik saja dan bisa bertahan dengan keadaan.
Kepala Distanbun NTB, Fathul Gani mengatakan saat ini kondisi para petani masih bisa bertahan, terlebih nilai tukar petani (NTP) kita di sektor tanaman pangan di atas seratus. Dengan NTP di atas seratus ada keuntungan yang diperoleh petani. Meski untuk sektor perkebunan NTP masih di bawah seratus, hal ini disebabkan beragamnya komoditas perkebunan diproduksi petani.
“Kalau satu atau dua komoditas, contoh tembakau saja pasti surplus, tapi ini kan beragam jenis ditanam petani-petani sehingga variabel penghitungan banyak,” ujar Fathul, Jumat (2/12).
Untuk meningkatkan NTP di sektor perkebunan ini, pihaknya juga akan menyalurkan berbagai jenis bantuan bibit berkualitas yang tengah dikembangkan di Kabupaten Lombok Utara. Serta bantuan pupuk bersubsidi. Seperti bibit vanili, kakao, coklat hingga kurma.
Bahkan saat ini dari pemerintah NTB juga mendorong agar petani memanfaatkan lahan-lahan yang tidak termanfaatkan. Seperti pemanfaatan area sekitar bendungan ketika kemarau untuk ditanami sorgum. Salah satunya di Bendungan Batujai, di mana bisa ditanami tanam sorgum jangka pendek.
“Ketika air bendungan surut dimanfaatkan lahan ini, tiga empat bulan panen,” katanya. Selain itu, guna meningkatkan nilai tambah di sektor perkebunan ini, NTB juga berupaya setiap pengiriman ekspor komoditas tersebut minimal sebagai barang setengah jadi. Jangan lagi dikirim dalam bentuk utuh, dengan diolah maka nilai jualnya akan bertambah.
“Ini nanti bagian kawan-kawan di Dinas Perdagangan, Dinas Perindustrian. Sementara Dinas Pertanian fokus dalam meningkatkan produksi dengan hasil berkualitas,” jelasnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data BPS NTB dari 13,68 persen angka kemiskinan NTB sebanyak 3,37 persen masuk dalam kemiskinan ekstrem. Sayangnya hampir 90 persen diantaranya ada di sektor pertanian, perikanan dan peternakan.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin mengatakan secara umum yang kemiskinan ekstrem ini hampir seluruhnya bekerja di sektor pertanian. Dimana sektor pertanian, peternakan dan perikanan berskala kecil di Indonesia khususnya NTB hampir seluruh aktivitasnya yang dilakukan di pedesaan, belum mensejahterakan sebagian besar pelakunya yaitu petani, peternak dan nelayan.
“Ini kita coba gali lagi dengan model Kemiskinan Tematik dari pusat, karena 2024 ditargetkan angka kemiskinan ekstrem adalah nol atau mendekati nol,” ujarnya. (dpi)