28.5 C
Mataram
Senin, 25 November 2024
BerandaBerita UtamaNTB Harus Tetap Waspadai Kasus Campak, Anak-Anak Perlu Diimunisasi

NTB Harus Tetap Waspadai Kasus Campak, Anak-Anak Perlu Diimunisasi

Mataram (Inside Lombok) – Sejumlah daerah di Indonesia mengalami peningkatan kasus campak yang cukup signifikan pada 2022 lalu. Meski kasus campak tidak terjadi di NTB, langkah antisipasi harus dilakukan. Salah satunya dengan melakukan imunisasi pada anak.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi mengatakan peningkatan kasus campak saat ini menjadi salah satu dampak pandemi Covid-19. Di mana, pada saat pandemi Covid-19 mewabah, pelayanan posyandu tidak berjalan maksimal. Sehingga pemberian imunisasi dasar pada anak tidak bisa dilakukan dengan masif.

“Karena kita tahu sewaktu pandemi hampir semua posyandu tidak buka. Sementara hampir 80 persen anak mendapatkan campak pada saat di posyandu. Puskesmas buka, minta untuk mengimunisasi. Tapi tidak semasif posyandu. Akibatnya agak banyak anak yang tidak mendapatkan perlindungan dengan imunisasi campak itu,” katanya, Kamis (26/1) di Mataram.

Ia mengatakan, dengan kasus yang terjadi saat ini di beberapa daerah di Indonesia, orang tua diminta untuk memperhatikan imunisasi dasar pada anak. Jumlah kasus campak di Provinsi NTB diakuinya belum diketahui secara pasti.

Kendati demikian, para orang tua harus meningkatkan kewaspadaan dengan adanya tren kenaikan secara nasional yang mencapai 32 kali lipat di 2022 lalu. “Kalau angka SKDR saya tidak hafal ya. Tapi itu tren di Indonesia. Kita otomatis lebih waspada,” kata mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB ini.

Dampak buruk yang bisa dirasakan oleh campak yaitu menghancurkan kekebalan tubuh anak. Sehingga akan berdampak pada kesehatan serta penyakit yang lain bisa dengan mudah masuk ke tubuh anak.

“Kejahatan campak adalah pada anak yang terkena campak dia hancurkan pertahanan tubuh anak,” ungkapnya.

Diterangkan, ancaman pneumonia merupakan salah satu komplikasi dari penyakit campak. Pneumonia akan terjadi apabila virus campak menyebar dan menginfeksi jaringan paru sehingga terjadi peradangan pada paru.

“Campaknya sih tidak apa-apa. Tapi karena pertahanan tubuhnya hancur, maka penyakit lain masuk. Pembunuh utama pneumonia,” katanya.

Ia menyebutkan, sebelum pandemi Covid-19 mewabah, angka imunisasi di NTB masuk ke dalam tiga besar terbaik se-Indonesia. Namun pada saat pandemi Covid-19, angka imunisasi di NTB masih bertahan pada 50 persen. Beberapa daerah menurut dr. Eka ada yang berada di angka 20 persen.

“Walaupun pandemi kita masih di angka 50 persen. Masih lebih baik lagi. Sementara provinsi lain ada 20-30 persen. Masyarakat cukup sadarlah datang ke puskesmas untuk minta vaksin pada saat pandemi,” paparnya.

Dijelaskan, kasus campak di Indonesia meningkat disebabkan karena herd immunity untuk campak sudah hilang. Karena anak-anak yang mendapatkan vaksin campak menurun. “Tapi yang kita alami adalah dengan turunnya angka vaksin (campak), herd immunity campak hilang. Makanya naik angka kasus campak,” ucapnya.

Ia mengimbau, untuk para orang tua yang memiliki balita agar memberikan vaksinasi pada anaknya. Sedangkan untuk anak SD, saat ini ada program untuk vaksin ulang campak yang menyasar kelas 1 dan dua. “Ada BIAS. Bujuk anak itu mau divaksin. Jangan biarkan anak lari tidak masuk sekolah pada saat jadwal,” pungkasnya. (azm)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer