28.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita Utama50 Tahun Terakhir Angka Kematian Bayi di NTB Berhasil Turun

50 Tahun Terakhir Angka Kematian Bayi di NTB Berhasil Turun

Mataram (Inside Lombok) – Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat angka kematian bayi di NTB dalam rentang 50 tahun (periode 1971-2022) mengalami penurunan hingga 90 persen. Penurunan ini diklaim tercapai dengan dukungan SDM yang lengkap, akses kesehatan yang mudah serta fasilitas yang memadai.

Angka kematian bayi atau infant mortality rate sendiri adalah kematian yang terjadi pada penduduk yang berusia 0-11 bulan (kurang dari 1 tahun). Angka kematian bayi di NTB sendiri menurun signifikan dari 48 per 1000 kelahiran hidup pada Sensus Penduduk 2010 menjadi 24,64 per 1000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020.

Peningkatan persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap serta peningkatan rata-rata lama pemberian ASI membuat bayi semakin mampu bertahan hidup. “Jadi penurunan angka kematian bayi ini adalah hasil kerja keras semua orang,” ujar Ketua Ikatan Dokter Anak (IDA) NTB, Dr. Nurhandini Eka Dewi, Selasa (31/1).

Di mana pada periode 90-an semua pihak baik pemerintah maupun rumah sakit dan stakeholder terkait mencukupi SDM dengan mendidik sebanyak-banyaknya bidan. Kemudian membuat Puskesdes (Puskesmas Desa) sehingga saat ini persalinan ibu di NTB lebih dari 95 persen itu ditangani petugas kesehatan, baik dokter maupun bidan.

“Kemudian posyandu berperan banyak, karena dengan adanya posyandu semua ibu bisa melakukan kontrol kehamilan secara teratur. Minimal 4 kali sehingga kalau ada masalah-masalah kehamilan sudah lebih dulu ditangani, sehingga anaknya lahir lebih baik,” tuturnya.

Kelengkapan rumah sakit juga telah diperbaiki, ada dokter spesialis kandungan, dokter anak. Di mana itu ada semua di rumah sakit pemerintah kabupaten/kota. Proses rujukan bidan ke rumah sakit juga dipermudah, sehingga kalau ada ibu bermasalah ketika melahirkan maka harus cepat di rujuk ke rumah sakit supaya ditangani dengan baik.

“Itu faktor-faktor yang membuat angka kematian bayi itu turun cukup banyak. Dari fase 50 tahun angka kematian bayi ini mulai turun agak cepat itu di 15 tahun terakhir. Setelah SDM lengkap dan sudah ada di setiap desa, dokter kandungan, anak ada di setiap kabupaten kota mulai terjadi percepatan (penurunan, Red),” terangnya.

Ditambah lagi saat ini NTB mempunyai program Akino (Angka Kematian Ibu Nol), di mana ibu-ibu sejak masa kehamilan awal itu di pantau betul. “Kita programnya memantau kehamilan ibu, tapi dampaknya adalah bayi yang lahir yakni bayi yang sehat, tidak mudah sakit dan tidak meninggal,” ucapnya.

Untuk target ke depannya agar bisa menekan lebih banyak angka kematian bayi di NTB sepanjang 50 tahun terakhir. Kendati mengalami penurunan, tetapi masih lebih sedikit dari angka nasional. Karena itu target ke depan berada di bawah angka nasional.

“Jadi kita mulai dari SDM, akses dan mulai tahun 2023 rumah sakit provinsi menjadi salah satu rumah sakit paripurna yang ditunjuk oleh Kemenkes untuk menerima rujukan dengan berbagai kasus-kasus yang berat,” ungkapnya.

Artinya dengan menunjukkan rumah sakit provinsi sebagai rumah sakit paripurna, tentu SDM banyak yang disekolahkan lagi. Serta alat-alat ditambah oleh Kemenkes supaya lebih sempurna melayani masalah-masalah atau kasus-kasus yang baru lahir.

Apalagi saat ini perempuan yang biasanya melahirkan 5-7 kali, sekarang 2-3 kali melahirkan. Hal ini terlihat dari mindset perempuan yang sudah mulai berubah, sehingga mempengaruhi penurunan angka kematian bayi di NTB.

“Kita kan punya program P4K (Pemeriksaan Kehamilan), jadi dengan perbaikan pendidikan di kalangan perempuan NTB, maka mereka merencanakan untuk mempunyai anak. Mereka siap lahir dan batin,” jelasnya.

Sementara itu, terdapat lima kabupaten/kota yang memiliki angka kematian bayi di atas angka provinsi, yaitu Kabupaten Lombok timur, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Utara. Angka kematian bayi di NTB paling tinggi sebesar 27,82 per 1000 kelahiran hidup berada di Kabupaten Lombok Utara. Sedangkan paling rendah berada di Kota Mataram yaitu sebesar 14,46 per 1000 kelahiran hidup. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer