28.5 C
Mataram
Senin, 25 November 2024
BerandaBerita UtamaProduksi Garam NTB Terus Menurun dari Tahun ke Tahun

Produksi Garam NTB Terus Menurun dari Tahun ke Tahun

Mataram (Inside Lombok) – Produksi garam di NTB terus menurun dari tahun ke tahun, karena dampak cuaca. Penurunan terjadi dari 2020 lalu sebanyak 160 ribu ton, kemudian di 2021 produksi menjadi 115 ribu ton, dan di 2022 menjadi 86.429 ton.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) NTB, Muslimin mengatakan cuaca yang tidak menentu yang terjadi beberapa tahun belakangan. “Garam hanya bisa diproduksi saat musim kemarau, karena proses pembuatannya memanfaatkan air laut kemudian panas matahari dan angin,” ujarnya, Selasa (7/2).

Penurunan terjadi akibat musim hujan yang ekstrem. Sehingga petani garam tidak dapat memproduksi garam, lantaran untuk pembuatannya memerlukan air laut, panas matahari dan angin untuk membentuk kristalisasi

“Yang menjadi pekerjaan rumah kita saat ini adalah memperbaiki kualitas garam dari hulu,” tuturnya.

Untuk produksi garam lokal terbesar ada di Kabupaten Bima sebanyak 77.740 ton. Sumbawa sebesar 4.336 ton dan Lombok Timur 2. 386 ton. Lombok Tengah sebesar 975 ton, Lombok Barat 603 ton, dengan lahan integrasi Lombok Barat 359 dan Kota Bima sebesar 31 ton.

“Melihat kontribusi terbesar produksi garam ada di Kabupaten Bima, kita fokus melakukan diversifikasi produk disana,” ucapnya.

Nantinya diversifikasi produk yang dilakukan yakni pengadaan mesin pencucian, penghalusan hingga yodiumisasi. Karena, produksi garam Bima masih berupa kristalisasi atau kasar dengan warna yang masih keruh atau menguning.

“Sekarang produk garam mereka bisa lebih cepat dihasilkan, kualitas diperbaiki dengan kapasitas lebih banyak,” katanya.

Meski masih bersifat home industri, lanjutnya, namun dari sisi efektivitas, efisiensi waktu dan biaya sudah cukup bagus. Sebab terpenting adalah keinginan petani garam agar hasil produksi mereka menjadi bagian kebutuhan masyarakat dan pegawai di daerah.

Terpisah, Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dislutkan NTB, Khaeruddin menyebut produksi garam lokal atau rakyat sangat mengandalkan faktor cuaca. Jika sedikit saja terjadi hujan akan mengganggu proses kristalisasi garam terutama pada bahan air tua dari garam.

“Saat garam ini sudah terbentuk namun ketika kena hujan, ya akan balik menjadi air lagi,” ungkapnya.

Guna meminimalisir kerugian serta meningkatkan level garam rakyat menjadi home industri, Dislutkan telah mendirikan tunnel-tunnel garam. Sebagai pelindung garam dari air hujan.

“Selain itu tunnel ini hanya melindungi garam yang akan menjadi kristal. Tapi tidak untuk bahan utama air tua, padahal ini juga penting. Kena air hujan ya terganggu,” terangnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer