Mataram (Inside Lombok) – Provinsi NTB sudah mulai menghadapi musim kemarau. Namun pada akhir Mei ini, persediaan air di NTB masih bisa terpenuhi. Krisis air bersih sendiri diprediksi baru akan terjadi pada Juli mendatang.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB, Ahmadi mengatakan krisis air bersih dan irigasi pertanian akan mulai dirasakan warga NTB sekitar Juli-Agustus mendatang. Di mana musim kemarau diprediksi akan berlangsung hingga Oktober.
“Kita akan mulai kekurangan air minum, air untuk irigasi dan air ternak dan agak ramai itu sekitar Juli-Agustus. Itu puncak-puncaknya,” ujarnya, Jumat (26/5) siang. Terhadap potensi tersebut, Pemprov NTB sudah mulai melakukan antisipasi khususnya di kawasan yang rawan mengalami krisis air bersih.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada saat kemarau, langkah yang dilakukan salah satunya dengan mendistribusikannya kepada warga. “Kita sudah melakukan antisipasi kalau hal itu terjadi,” ujar Ahmadi.
Kawasan yang rawan kekeringan yaitu di Lombok bagian selatan seperti Sekotong, Praya Timur, Jerowaru, Keruak hingga Pringgabaya. Sementara dibagian utara mulai daerah Rempek hingga Bayan. “Di Sumbawa itu, biasa di sebelah utara Moyo, Wangko, di sekitar Kota Bima, Sape Wera,” ungkapnya.
Antisipasi yang perlu dilakukan tidak saja oleh Pemprov NTB, melainkan juga masyarakat setempat. Di mana, masyarakat perlu menghemat air dari sekarang, misalnya air yang ada di bendungan.
“Hemat-hematlah menggunakan air ini. Karena air ini supaya tidak cepat habis. Mudah-mudahan air yang ada di bendungan ini bisa sampai turun hujan. Jangan dibuang-buang,” harapnya.
Selama musim kemarau, kawasan yang rawan kekeringan diimbau untuk menunda menanam padi. Pasalnya, tanaman padi membutuhkan air irigasi yang cukup banyak. “Tanaman padi ini paling banyak butuh air,” katanya.
Selain itu, antisipasi dalam bentuk teknologi modifikasi cuaca (TMC) belum bisa dilakukan pada saat kemarau berlangsung. Karena teknologi ini membutuhkan uap air dari awan yang mencukupi. Jika menggunakan teknologi ini, maka bisa terealisasi sekitar bulan November menjelang musim penghujan. “Kalau sekarang uap air di awan itu tidak terlalu banyak, jadi tidak bisa,” ujarnya. (azm)