Mataram (Inside Lombok) – Kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur belakangan marak terjadi. Sepanjang Mei 2023 saja, sudah ada beberapa kasus pelecehan seksual terhadap anak yang diungkap oleh pihak kepolisian di NTB. Kondisi ini menjadi atensi semua pihak agar bisa meminimalisir kasus serupa terus terulang.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram, Joko Jumadi mengatakan semakin banyaknya kasus pelecehan seksual terhadap anak yang terjadi menunjukkan bahwa minimnya sistem perlindungan anak yang efektif. Untuk itu, penting bagi semua pihak untuk lebih serius melakukan upaya pencegahan.
“Kita harus lebih memfokuskan pada upaya-upaya mitigasi, serta mewujudkan lingkungan yang bisa melindungi anak. Saya melihat upaya-upaya pencegahan belum dilakukan secara sistemik,” ujar Joko kepada Inside Lombok, Rabu (31/5).
Upaya perlindungan yang belum maksimal, antara lain ditunjukkan dari para pelaku yang justru berasal dari orang-orang terdekat. Baik di lingkungan keluarga, sekitar rumah, maupun di sekolah.
“Kita harus memperbanyak faktor-faktor pelindung anak, di lingkungan masyarakat harus ditingkatkan sensitivitas masyarakat dalam mengantisipasi terjadi kekerasan di lingkungan mereka,” tuturnya.
Lebih lanjut, secara programatik yang bisa dilakukan terutama di lingkup pendidikan, yaitu program sekolah ramah anak, desa ramah perempuan dan peduli anak. Kemudian puskesmas ramah anak, tempat ibadah ramah anak. “Hal ini yang harus segera diimplementasikan, buka hanya sekedar papan nama saja,” katanya.
Dalam upaya mencegah dan meminimalisir kasus pelecehan seksual tidak bisa hanya dilakukan satu instansi atau lembaga, melainkan butuh keterlibatan semua pihak. Baik dari pemerintahan, aparat penegak hukum, lembaga perlindungan anak dan stakeholder lainnya. Di mana dengan meningkatkan kapasitas layanan penanganan serta memperbanyak program pencegahan.
“Dari sisi pemerintahan, dengan memperbanyak program pencegahan. Dalam konteks dunia pendidikan perlu pemerintah membuat regulasi khusus, untuk pencegahan dan penanganan kasus kekerasan di lingkungan pendidikan,” jelasnya.
Sementara itu, sejauh ini LPA kota Mataram berusaha terus mendampingi masyarakat yang menjadi korban pelecehan seksual. “LPA kota Mataram pada 2023 ini baru 5 kasus (didampingi),” pungkasnya. (dpi)