Lombok Timur (Inside Lombok) – Peresean sebagai olahraga tradisional suku Sasak memiliki banyak pepadu (petarung peresean) yang tersohor di kalangan masyarakat. Para pepadu itu pun dikenal dengan keganasan berbagai teknik pukulannya yang mungkin dikeluarkan di arena tarung.
Beberapa pepadu peresean yang sukses menorehkan namanya di bidang tersebut hingga digandrungi pencinta peresan antara lain Ombak Tenang, Angin Alus, Gerandong, Pangeran Pemecah Awan, Demung Wira, Panah Arjuna, Selak Marong dan masih banyak lainnya.
Meski namanya sudah tersohor, keseharian para pepadu itu nyatanya sama saja dengan kehidupan masyarakat biasa pada umumnya. Di luar menjadi pepadu peresean, mereka tetap menyambung hidup dengan menggeluti berbagai bidang pekerjaan seperti bertani, ojek, beternak dan lainnya.
Ombak Tenang alias Mas’ud (37) yang berasal dari Penambong Wakan, Desa Sukadamai, Kecamatan Jerowaru misalnya selain menjadi pepadu peresean di bawah paguyuban Adi Luhung, sehari-hari juga melakoni aktivitas sebagai petani tembakau. Meski diakui Ombang Tenang, saat ini dirinya sedang merugi sebagai petani karena kondisi anomali cuaca.
“Keseharian sih sama saja, kalau di rumah kami bertani tembakau,” ujarnya pada Inside Lombok, Senin (18/07/2023). Diakui Ombak Tenang, jika mengandalkan penghasilan sebagai seorang pepadu tentu itu tidak akan mencukupi kebutuhannya.
Bermain peresean sendiri baginya adalah cara melestarikan adat dan budaya suku Sasak. “Kalau dari bayaran pepadu itu beragam besarannya. Namun kita dapat lebihnya jika banyak orang yang nyawer pada saat kita bertarung,” terangnya.
Senada, pepadu Angin Alus alias Mas’id yang merupakan adik dari Ombak Tenang juga mengaku di samping menjadi pepadu, dirinya sehari-hari juga bekerja sebagai petani. Bahkan jika panggilan bertarung sedang sepi, tak jarang ia menghabiskan waktunya untuk pergi memancing di laut yang ada di dekat desanya.
“Sama saja sebenarnya. Kalau tidak ada panggilan tarung paling kita pergi mancing untuk keseharian,” jelasnya.
Keseharian itu pun sekaligus menepis anggapan umum bahwa pepadu peresean menghabiskan waktunya untuk mendalami ilmu agar mereka tahan banting di arena tarung. “Kalau dari segi mantra tentu ada, tapi itu sebatas keyakinan saja. Kalau bertarung sebenarnya murni dari teknik pertahanan dan pukulan serta tentunya keberanian,” ujar Angin Alus. (den)