Mataram (Inside Lombok) – Musim kemarau di NTB berdampak pada krisis air bersih yang dirasakan oleh sebagian masyarakat. Sampai dengan Agustus kemarin, air bersih yang sudah didistribusikan Dinas Sosial Provinsi NTB mencapai hampir 165 ribu liter.
Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB, Ahsanul Khalik mengatakan ratusan liter air bersih yang sudah didistribusikan hanya di Pulau Lombok, kecuali Kota Mataram. Pendistribusian air bersih ini diakui tidak membutuhkan anggaran yang cukup besar.
“Yang penting kan punya tangki, kemudian dana operasional sopir dan taruna siaga bencana yang mengawal kendaraan itu. Air itu kan tidak usah beli kita tinggal ambil saja di sumber mata air,” katanya, Senin (11/9) pagi.
Ia mengatakan, tidak ada anggaran khusus yang disiapkan pihaknya untuk penanganan kekeringan. Selama pendistribusian, pembiayaan yang digunakan bersumber dari anggaran kebencanaan. “Biasa saja setiap tahun ini anggaran yang digunakan,” katanya.
Menurut Khalik, kekeringan yang terjadi dari tahun ke tahun masih sama saja. Artinya, daerah-daerah yang ditangani sama seperti tahun sebelumnya. “Tidak ada sesuatu yang terlalu wah. Kemudian orang-orang tidak bisa mandi atau tidak bisa memandikan mayat. Itu tidak ada di lapangan,” katanya.
Wilayah yang menjadi langganan kekeringan di Lombok bagian selatan yaitu misalnya di Kecamatan Jerowaru. Sejauh ini, pemenuhan air bersih di kawasan tersebut sudah bisa tertangani dengan baik.
Pendistribusian air bersih lanjut mantan Kalak BPBD NTB ini, tetap dilakukan hingga awal tahun 2024. Meski hujan sudah terjadi, tapi tidak langsung mempengaruhi kualitas air bersih di masing-masing daerah.
“Karena setelah musim kemarau dan musim hujan tiba kan masih lokasi kebersihan itu masih membutuhkan air semua. Air yang turun dari air hujan itu masih kotor dan butuh air bersih,” katanya.
Dalam sehari Dinas Sosial Provinsi NTB mendistribusikan bantuan air sebanyak tiga kali. Di mana pendistribusian air tidak hanya dilakukan pihaknya, melainkan pemda kabupaten/kota juga. “Kalau kendala beberapa tempat seperti Sekotong lokasi agak terjal. Kita lakukan tiga kali sehari dan ada juga satu tangki kabupaten,” tutup Khalik. (azm)