Lombok Timur (Inside Lombok) – Memasuki musim hujan di penghujung tahun ini, potensi bencana dikhawatirkan meningkat, tidak terkecuali di Lombok Timur (Lotim). Untuk itu, pemerintah daerah (pemda) setempat memberi atensi khusus, terutama terkait potensi bencana di delapan bendungan yang dianggap berisiko.
Perhatian terhadap bendungan tersebut yakni sebagai upaya mengurangi risiko bencana yang diakibatkan oleh infrastruktur yang tidak memadai. Termasuk dalam rangka membangun kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan bencana dari bendungan.
Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Lotim, Miftahul Wasli mengatakan penting membangun koordinasi serta membangun kesiapsiagaan dalam mengantisipasi kemungkinan bencana yang ditimbulkan dari bendungan akibat infrastruktur pada musim penghujan. “Di Lotim ada delapan bendungan yang perlu diantisipasi,” ucapnya saat Konsultasi Publik di Kantor Bupati, Selasa (05/12/2023).
Dalam konsultasi publik Rencana Tindak Darurat (RTD) mencatat sebanyak delapan bendungan yang perlu diantisipasi. Antara lain bendungan Inen Ratu, Lingkok Lamun, Tundak, Kuang Rundun, Jago, Propok BT, Peneda Gandor, dan Kembar Dua.
Melalui konsultasi publik tersebut, kata Miftahul, dibahas bagaimana pengelolaan terhadap bendungan dan masukannya serta saran yang bersifat konstruktif. Untuk itu ia meminta kepada semua peserta dari kepala OPD, dan camat agar dapat menyerap dan menyampaikan materi tersebut ke wilayahnya masing-masing. “Ini merupakan bagian dari pemeliharaan bendungan melalui antisipasi hal yang tidak diinginkan demi meningkatkan kesiapsiagaan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala BPBD NTB, Ahmadi menjelaskan keberadaan bendungan perlu diantisipasi untuk mencegah hal tidak diinginkan dapat terjadi, terlebih pada saat musim penghujan saat ini merupakan waktu paling rawan. “Oleh karena itu perlu adanya inspeksi yang baik dari BWS dan juga BPBD,” terangnya. (den)