Lombok Timur (Inside Lombok) – Guna menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI/AKB) serta stunting di Lombok Timur (Lotim), jajaran camat, kepala desa, hingga kader di kabupaten tersebut dinilai perlu berperan aktif. Pasalnya, kolaborasi yang baik untuk mendukung pemeriksaan kesehatan ibu hamil dinilai menjadi kunci penting untuk kondisi ini.
Penjabat Bupati Lotim, M. Juaini Taofik mengatakan keterlibatan KUA, camat, kepala desa, pendamping, dan puskesmas menjadi penting untuk menekan angka AKI/AKB. Terutama untuk peran masing-masing dalam upaya percepatan penurunan AKI/AKB dan stunting di Lotim.
“Perlu kolaborasi semua pihak dalam hal ini untuk menjalankan amanat Permenkes Nomor 1 Tahun 2021,” ucapnya saat evaluasi dan pembentukan jejaring skrining layak hamil, ANC, dan stunting, Rabu (20/12/2023).
Juaini menekankan implementasi Permenkes Nomor 1 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik pada masa sebelum hamil, ketika hamil, dan sesudah melahirkan. Serta pelayanan kontrasepsi dan pelayanan kesehatan seksual. “Permenkes itu menjamin pelayanan dengan kualitas kesehatan masyarakat yang baik,” terangnya.
Untuk itu, ia meminta kepada para kepala desa dan pihak terkait untuk mendorong partisipasi masyarakat baik itu calon ibu dan ibu agar memeriksakan kesehatannya ke posyandu, polindes, maupun puskesmas dalam upaya AKI/AKB dan stunting. “Para kader juga kita minta untuk memanfaatkan sarana dan pra sarana yang ada seperti pemanfaatan elektronik siap nikah dan hamil (Elisimil),” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Lotim, Pathurrahman mengakui AKI/AKB di kabupaten itu masih berada di bawah target provinsi maupun nasional. Kondisi tersebut dikarenakan masih kurangnya pemeriksaan dan penanganan kesehatan ibu waktu dalam masa hamil. “Kondisi ibu itu seharusnya dipersiapkan sejak menjadi calon pengantin,” ungkapnya. (den)