31.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaEkonomiTopang Perekonomian, Kelompok Tani Desa Batu Putih Sekotong Manfaatkan Hasil Hutan

Topang Perekonomian, Kelompok Tani Desa Batu Putih Sekotong Manfaatkan Hasil Hutan

Lombok Barat (Inside Lombok) – Desa Batu Putih, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat memiliki kawasan hutan yang dapat dimanfaatkan dengan baik tanpa eksploitasi oleh kelompok tani setempat. Salah satunya dilakukan oleh Kelompok Tani Hutan Bina Bersama, yang mengembangkan konsep pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan dan pengolahan tanaman obat hingga madu trigona untuk meningkatkan perekonomian mereka.

Cara ini bisa menekan potensi pengrusakan hutan secara masif. Karena itu, kelestarian hutan menjadi hal yang sangat penting. Kendati, keberadaan hutan tak luput dari risiko pengrusakan atau pembabatan.

Ada 540 hektare kawasan hutan Pelangan Tastura di Resort Pelangan Barat yang dikelola kelompok tani ini. Kondisinya sedang dalam tahap perbaikan, bekerjasama dengan DLHK, BPDAS dan PT. AMNT dan stakeholder lainnya.

“Pemberdayaan masyarakat sekitar yang kami lakukan di antaranya budidaya tanaman obat, budidaya madu trigona, edukasi khasiat dan pemanfaatan tanaman obat serta pengolahan hasil, dan dikembangkan wisata sehat tanaman obat keluarga (TOGA),” ujar Ketua Kelompok Tani Hutan Bina Bersama, Munajah, Rabu (27/12).

Pemerintah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga pusat disebutnya terus memberikan motivasi untuk mengembangkan segala potensi yang bisa jadi sumber pendapatan dan penghasilan masyarakat. Produk-produk yang sudah dihasilkan di antaranya madu trigona, olahan jahe, olahan rempah-rempah, pengolahan sirup markisa.

“Madu trigona ini sudah dikembangkan hingga empat anggota kelompok budidaya. Hasilnya memang belum banyak, kisaran puluhan botol. Makanya kita terus belajar mengembangkan budidayanya,” terangnya.

Selain itu, anggota kelompok tani itu juga dibimbing, dilatih, dan dibina sehingga bisa menghasilkan madu trigona berkualitas. Mereka juga diajarkan pengelolaannya pasca panen, pengemasan, hingga pemasarannya secara online.

Kendati demikian, secara umum, untuk memberdayakan masyarakat mengembangkan HHBK tidak mudah. Cara yang efektif untuk saling mengajak adalah memberikan contoh-contoh keberhasilan, sehingga yang lain ikut tertarik dan melakukan hal yang sama.

“Kita juga bimbing, kita bina, bahkan kita ambil produknya untuk kita pasarkan. Cuma kendalanya produksi HHBK di Batu Putih ini belum bisa dilakukan secara kontinyu, karena terbentur pemasaran. Produksi dilakukan hanya saat ada pesanan,” ucapnya.

Kendati, pihaknya memiliki hajatan besar kegiatan pemberdayaan untuk terus dikembangkan adalah bagaimana membina masyarakat untuk berproduksi, mengelola usaha tani di kawasan hutan untuk memanfaatkan lingkungan sekitar dengan sebaik-baiknya. Dan jadi usaha penopang ekonomi masyarakat.

“Jadi ketika masyarakat sudah memiliki kegiatan ekonomi yang memadai bagi kesejahteraannya, maka masyarakat tidak akan melirik lagi hutan. Dengan kata lain, tidak menjadikan hutan sebagai pilihan terakhir untuk dieksploitasi demi kepentingan ekonomi,” bebernya.

Saat pembangunan embung tibu kuning di sekitar desa Batu Putih, pelibatan masyarakat selama dua tahun Pembangunan nyaris membuat masyarakat tidak lagi melirik hutan. Karena sudah ada penghasilan, sehingga masyarakat melupakan hutan. Kemudian datangnya kegiatan penambangan emas di lokasi lain, konsentrasi masyarakat ke emas. Sehingga hutan di sini utuh, tidak terjamah.

“Nah sekarang ada fenomena jagung, emas juga sudah sulit. Mereka tertarik lagi untuk memanfaatkan hutan menanam jagung. Ini kekhawatiran-kekhawatiran yang kita jawab dengan melakukan pemberdayaan secara terus menerus melalui kegiatan ekonomi HHBK,” jelasnnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer