Mataram (Inside Lombok) – Pemanfaatan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, pascagempa bumi yang terjadi tahun 2018, kurang optimal terutama untuk lantai empat.
“Dari tiga twin blok rusunawa di Kecamatan Sandubaya, tidak ada satupun lantai empat di rusunawa tersebut berpenghuni,” kata Camat Sandubaya Saharuddin di Mataram, Rabu.
Tiga twin blok rusunawa di Kecamatan Sandubaya itu adalah Rusunawa Montong Are dua twin blok dan satu twin blok Rusunawa Mandalika.
Menurutnya, sebelum terjadi gempa bumi, rusunawa tersebut sempat penuh meskipun diakui banyak penghuni yang mengincar lantai bawah. Namun, setelah terjadi gempa bumi, hampir semua calon pengunjung enggan mengambil lantai tiga apalagi empat.
“Selain takut ada gempa, calon penghuni juga malas naik tangga terlalu tinggi,” katanya.
Terkait dengan itu, lanjutnya, perlu ada inovasi dari pihak UPTD Rusunawa termasuk pemerintah kota bagaimana menarik masyarakat agar mau menempati lantai tiga dan empat agar fasilitas rusunawa tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.
“Bila perlu, disediakan lift supaya lantai empat rusunawa terisi dan masyarakat tidak fokus mengincar lantai bawah,” katanya.
Saharuddin mengatakan, penyediaan fasilitas lift tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan sebagai salah satu solusi, apalagi pemerintah pusat telah menyerahkan aset rusunawa menjadi aset Pemerintah Kota Mataram.
“Dengan demikian, berbagai biaya operasional dan pengelolaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah kota,” katanya. (Ant)