Mataram (Inside Lombok) – Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat pada Februari terjadi inflasi year on year (y-on-y) sebesar 3,00 persen. Sedangkan tingkat inflasi month to month (m-to-m) di Februari 2024 sebesar 0,09 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) di Februari 2024 sebesar 0,12 persen. Terjadinya inflasi ini dipicu tingginya harga beras, tomat hingga daging ayam.
Beberapa komoditi penyumbang inflasi ini disebabkan karena mengalami kenaikan. Mulai dari beras lantaran kondisi cuaca kemarau sehingga produksi berkurang. Kemudian daging ayam tinggi dipicu harga pakan yang ikut tinggi belum lama ini.
“Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi y-on-y pada Februari 2024. Ada beras 0,24 persen karena harga beras masih tinggi sekitar Rp 17-18 ribu/kg, daging ayam 0,05 persen dan ada juga udang basah 0,06 persen,” ujar Kepala BPS NTB, Wahyudin, Jumat (1/2).
Dikatakan, Februari 2024, seluruh wilayah IHK di NTB yang berjumlah 3 kabupaten/kota mengalami inflasi y-on-y. Inflasi y-on-y tertinggi terjadi di Kabupaten Sumbawa sebesar 3,49 persen dengan IHK sebesar 106,25 dan terendah terjadi di Kota Bima sebesar 2,39 persen dengan IHK sebesar 105,16. “Kabupaten Sumbawa paling tinggi inflasi year on year nya, tapi secara m to m itu dia deflasi,” katanya.
Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,14 persen. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,27 persen. Kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,96 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,83 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,78 persen. “Meskipun terjadi inflasi 0.09 persen, bukan berarti tidak ada barang yang turun harganya. Ada ikan tongkol/ikan ambu-ambu, bawang merah, kemudian cabai rawit dan tomat penyumbang inflasi,” demikian. (dpi)