Mataram (Inside Lombok) – Menjelang ramadhan 1445 hijriah tahun 2024 Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram meningkatkan pengawasan terkait dengan keamanan peredaran pangan di NTB. Pengawasan ini dilakukan untuk melindungi masyarakat dari olahan pangan yang tidak memenuhi ketentuan khususnya jelang Ramadhan.
Kepala BBPOM Mataram Yosef Dwi Irwan mengatakan, untuk pengawasan rutin dilakukan dari tahun-tahun sebelumnya, termasuk menjelang ramadhan nanti seperti melakukan intensitas pengawasan pangan jelang ramadhan dan hari raya idul fitri. Dalam pengawasan ini pihaknya juga bekerjasama dengan pemerintah daerah agar pengawasannya semakin meningkat.
“Untuk meningkatkan intensitas pengawasan, karena terkait keamanan pangan tanggungjawab kita bersama bukan hanya BPOM, tapi juga pemerintah, pelaku usaha dan juga masyarakat,” ungkap Yosef Dwi Irwan, Jumat (8/3).
Pengawasan yang dilakukan kepada para penjual pangan maupun distributor olahan pangan untuk memastikan bahwa mereka hanya menjual produk yang memang sesuai ketentuan. Artinya yang tidak rusak, tidak melanggar izin edar dan kadaluarsa.
“Distributor ritel pasti kita lakukan (pengawasan). Termasuk pengawasan pangan puasa. Harus kita pastikan jajanan puasa ini aman, tidak mengandung bahan berbahaya. Seperti formalin, boraks, rhodamin B,” katanya.
Nantinya BPOM Mataram akan turun langsung mengecek dengan melakukan sampling dan uji cepat atau rapid test terhadap pangan yang dijual selama Ramadhan. Selain itu, juga mengedukasi kepada pedagang ataupun masyarakat, pengawasan ini bukan hanya bebas dari kandungan berbahayanya tapi juga sanitasinya.
“Ini masih kita lihat kadang ada jajanan puasa ini di pinggir jalan terbuka, kena asap kendaraan. Kadang kala konsumen masih mencari jajanan yang rame laris dan enak. Tetapi ada yang harus diperhatikan juga,” ungkapnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan, diantaranya tempat jualannya, yang jual, tempat sampahnya. Kemudian kemasannya, jangan sampai menggunakan kertas koran dan kreseknya.
“Sebenarnya bukan hanya terkait bahan berbahayanya itu saja, tetapi bagaimana menimbulkan kesadaran pada si penjualnya tentang keamanan pangan, bebas dari cemaran kimia, cemaran biologi ataupun sanitasinya nggak bagus kan nanti tertular penyakit,” jelasnya.
Diakuinya untuk penggunaan bahan berbahaya sejauh ini memang masih banyak ditemukan, tetapi trennya sudah mulai turun. Biasanya berbahaya yang masih sering ditemukan di kerupuk seperti boraks.
“Kenapa masih di pakai bahan berbahaya ini? Karena konsumen lebih suka dan demandnya memang ada. Padahal ada dampaknya, meskipun tidak langsung dirasakan. Ini yang menjadi PR, tapi kita upayakan memberantas itu,” tandasnya. (dpi)