Mataram (Inside Lombok) – Parade ogoh-ogoh tahun ini dilaksanakan lebih cepat dari biasanya. Hal ini bagian dari menjaga kondusifitas daerah karena pada waktu yang bersamaan umat muslim akan melaksanakan ibadah puasa Ramadan.
Pj. Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB, H. Ibnu Salim mengatakan tahun ini menjadi istimewa karena umat islam akan melaksanakan ibadah tarawih pertama bulan Ramadan. Sedangkan umat hindu akan melaksanakan hari raya nyepi.
“Ini bukan suatu kebetulan tapi merupakan sebuah petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Itu bagian dari toleransi yang sudah lama sekali terbangun,” katanya Minggu (10/3) pagi.
Pada kesempatan tersebut, Pj. Sekda mengajak semua masyarakat untuk menjaga kebersamaan dan kondusifitas daerah. “Kita jaga kebersamaan, kekompakan dan ketertiban selama parade,” katanya.
Sementara itu salah satu peserta parade, Agung mengatakan tidak mempermasalahkan pembatasan yang dilakukan tahun ini oleh pemerintah. “Tidak masalah yang penting semua berjalan lancar,” katanya.
Untuk tahun ini katanya, karya ogoh-ogoh yang dibuat mendapatkan juara satu dari hasil penilaian panitia. Pada tahun ini, tema yang diangkat untuk pembuatan ogoh-ogoh ini yaitu Sang Kala Wijaya atau Macan Putih.
“Pembuatan ogoh-ogoh Sang Kala Wijaya ini kita habiskan waktu selama dua bulan hingga menjadi saat ini,” katanya.
Prestasi kali ini untuk pertama kalinya di tingkat Kota Mataram. Sedangkan tahun sebelumnya yaitu 2019 lalu juara 1 di tingkat kelurahan. Sementara biaya yang dihabiskan yaitu sebesar Rp15 juta yang bersumber dari swadaya masyarakat.
“Dana kita memang disupport penuh oleh masyarakat setempat sekeliling Cakra Timur. Sebenarnya dana menjadi kendala kita. Tapi kita usahakan dengan bahan-bahan yang ada untuk bisa menciptakan karya seni yang indah,” tutupnya. (azm)