Lombok Utara (Inside Lombok) – Krisi air bersih di Gili Meno, Kabupaten Lombok Utara (KLU) sampai saat ini masih berlanjut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah daerah (pemda) setempat mengupayakan distribusi air bersih sejak awal Juli 2024.
Pemda KLU juga telah menjalin kerja sama dengan pihak ketiga untuk membangun fasilitas di Gili Meno. Saat ini masih dalam proses tahap pengerjaan. Sedangkan, masyarakat tidak bisa menunggu terlalu lama tanpa adanya suplai air kembali dari daratan.
“Kemarin pemda menjamin untuk mengangkut air untuk masyarakat, saya tidak tahu masih berjalan atau sudah disetop. Memang dari hari ke hari kita tidak bisa menunggu, karena ini kebutuhan pokok,” ujar Ketua Gili Hotel Asosiasi (GHA), Lalu Kusnawan, Selasa (20/8).
Kendati demikian, untuk pembangunan fasilitas pengolahan air bersih di Gili Meno sudah berprogres. Hanya saja kendala-kendala di lapangan dari pihak ketiga lebih mengetahui, yakni PDAM. Namun diharapkan segera diselesaikan dan tidak ada pihak yang dirugikan.
Lantaran kondisi krisis air bersih ini banyak wisatawan yang membatalkan kunjungan ke Gili Meno. Padahal diketahui bahwa Tiga Gili merupakan tempat wisatawan yang banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.
“Ya tidak bisa kita pungkiri juga (wisatawan berkurang, Red), memang saat ini belum bisa normal, kembali airnya. Rata-rata pengusaha itu membawa air dari daratan. tentunya pemerintah dalam hal ini untuk memenuhi dan tidak bisa dibiarkan begitu saja, ya jelas anggarannya ditambah,” imbuhnya.
Kepala Bidang (Kabid) Cipta Karya Dinas PUPRKP KLU, Rangga Wijaya menambahkan upaya pemerintah dalam menangani krisis air di Gili Meno pendistribusian air bersih dari darat terus dilanjutkan. Sebelumnya hanya 50 hari, sejak awal Juli 2024 kini hingga September 2024.
“Akan dilanjutkan oleh PDAM pemasangan swro portable, perizinan sedang berproses. Pasokan air masih berjalan dengan penambahan 1 kapal kayu dan ada penambahan waktu sekitar tanggal 3-5 September,” ujarnya.
Jumlah distribusi air bersih ke Gili Meno masih sama seperti sebelumnya, yakni 12.000 liter dengan 3 kapal kayu dengan masing-masing tandon berisikan 4.000 liter. Untuk distribusinya tergantung kondisi cuaca, terlebih sekarang kondisinya angin kencang. “Alhamdulillah masih dimaklumi oleh warga karena kondisi keterbatasan anggaran. Saya minta pak kadus untuk dibagi secara proporsional,” demikian. (dpi)